Selasa, 30 September 2014

Jenis-Jenis Pedang Jepang



Yo.. minna san..
Ga terasa udah memasuki bulan oktober aja yah..
Hehehe.. dan di bulan ini..
Aku bertambah tuaaaaa.. T^T

Readers : ngomong apa sih nih anak .. =="

Okeh kali ini kita bakal ngebahas sekilas tentang jenis-jenis pedang yang ada di negri sakura..
Jepaaaannngggg..!! ( ^o^)/

Yosh, cekidot..!!



Klasifikasi Pedang
Klasifikasi Sederhana yang di lakukan di jepang biasanya di tentukan berdasarkan panjangnya dimana satuan panjangnya adalah “shaku” (1 shaku kira-kira sekitar 30,3 cm) 



1. Tanto
Meski namanya Pedang Tanto Sebenere Tanto ini lebih cocok di sebut pisau bukan pedang. Ukurannya aja hanya 25 cm. Pedang Tanto biasanya yang gunain perempuan minna untuk melindungi diri. Mereka biasanya menyimpan Tanto di balik obi kimono mereka. Kalo minna udah pernah nonton film jepang yang judulnya "Shinobi Heart Under Blade" pasti tau dong ketika, Oboro nyimpen Tanto di balik kimononya!! dan ia gunakan untuk membunuh pacar sekaligus musuhnya Genosuke karna tuntutan hukum dari para samurai.


Berkas:Hachiwari with tsuka.jpg2. Hachiwara
Salah satu jenis hachiwara ditempa dengan belati yang tajam, untuk menangkis pedang lawan, untuk menghubungkan kabel dari baja atau helm, atau seperti pembuka kaleng untuk pelat baja yang terpisah. Bagian titik yang tajam bisa menembus daerah yang tidak dilindung seperti daerah ketiak. Pisau jenis hachiwara berbentuk meruncing persegi dengan besi atau baja yang melengkung dengan kait di ujung belakang. Dalam pertempuran bisa menangkis dan menangkap pisau dengan pengait, seperti jitte. Beberapa hachiwara jenis ini dipasang dalam model sebuah tanto dengan koshirae.


3. Wakizashi
Wakizashi Pedang samurai yang berukuran antara 30 - 60 cm terlalu kecil untuk ukuran pedang tapi juga terlalu besar untuk ukuran pisau. pedang ini biasanya digunakan sebagai secondary Weapon Oleh para samurai minna selain sanjata utama mereka Katana!! meski kecil pedang wakizashi ini cukup tajam loh. Yang suka sama anime ataupun Game Final Fantasy pasti tau dong sama Yojinbo, seorang pendekar pedang yang mampu membelah apa saja!! karakter itu menggunakan pedang wakizashi ini.



kodachi.jpg4. Kodachi

Pedang Kodachi/Dual Kodachi lebih panjang dari Wakizashi, tapi lebih pendek dari pedang Katana. Biasanya pedang ini digunakan sebagai perisai hand to hand combat. Karena tidak sepanjang Katana (kurang dari 2 Shaku) maka tidak menyalahi aturan pada zaman Edo, sehingga boleh dibawa oleh orang-orang biasa (dulu hanya para samurai yang boleh membawa pedang). Pedangnya cukup ringan untuk memudahkan penggunanya bergerak lincah.











5. Katana

Pedang Katana merupakan pedang khas Ninja. Setiap Ninja mempunyai Katana dipunggung mereka. Pedang ini merupakan pedang umum dengan panjang 70-80cm, tipe single-edge dan melengkung. Para Samurai pun membawa pedang ini untuk merepresentasikan status sosial mereka. Biasanya dibawa berpasangan dengan Wakizashi atau Tanto yang digunakan untuk close-quarter combat dimana Katana digunakan untukopen-quarter combat.





6. Tsurugi

Pedang satu ini yaitu jenis yang tak serupa dengan pedang lainnya. Pedang ini tidak melengkung tapi lurus seperti pedang korea. Tsurugi merupakan pedang tipe broadsword, lebih berat dibanding pedang lainnya. Sangat cocok untuk menghadapi lawan bertameng ataupun berarmor tebal.





2.-maple-burl-chokuto.jpg7. Chokuto

Pedang ini sama seperti Katana, hanya saja tidak melengkung tapi lurus. Chokuto ditemukan sebelum zaman Heian, sebelum orang Jepang menemukan teknik melengkungkan pedang. Karena pedang ini lurus maka sulit digunakan dan jarang dipakai dalam pertempuran. Setelah ditemukannya Katana, Chokuto tetap diproduksi tapi kebanyakan berfungsi sebagai ceremonial sword.



masahiro_dragon_ninjato_540.jpg8. Ninja to

Pedang ini digunakan oleh para Ninja selain Katana. Ringkas dan ringan membuat pedang ini mudah dimasukkan kedalam baju. Perbedaan mendasar antara Katana dan Ninjato terletak pada desainnya. Ninjato bentuknya lurus tidak melengkung seperti Katana.














Berkas:Tachi-p1000620.jpg9. Tachi

Tachi adalah sejenis pedang Jepang yang lebih melengkung dan sedikit lebih panjang daripada katana. pedang disebut tachi jika digantung pada obi dengan sisi tajam mengarah ke bawah, dan pedang yang sama disebut katana jika dibawa dengan sisi tajam mengarah ke atas dan diselipkan pada korset. Pedang model tachi akhirnya tak dipakai lagi dan digantikan oleh katana. Sementara itu, pedang model daitō (pedang panjang yang lebih dulu ada daripada katana), panjang rata-rata mata pedangnya sekitar 78 cm (lebih panjang dari katana yang panjang rata-ratanya sekitar 70 cm). Berlawanan dengan cara tradisional membawa katana, tachi dikenakan dengan sisi tajam mengarah ke bawah dan biasanya dibawa pasukan kavaleri.

Variasi dari panjang rata-rata tachi dibedakan dengan awalan ko- untuk tachi berukuran pendek dan ō- untuk tachi berukuran lebih panjang. Sebagai contoh, tachi model shōtō yang panjangnya hampir sama dengan wakizashi disebut kodachi. Pedang tachi terpanjang yang disebut ōdachi dari abad ke-15 berukuran panjang lebih dari 3,7 meter (panjang mata pedangnya 2,2 m) namun tachi model ini diperkirakan hanya digunakan pada upacara-upacara. Pada tahun 1600-an, banyak tachi kuno diperpendek menjadi katana. Hampir seluruh pedang tachi yang sekarang ada termasuk jenis o-suriage. Jadi, jarang sekali terdapat pedang tachi ubu yang asli dan bertanda tangan.





Berkas:Katana-bois-p1000654.jpg10. Uchigatana

Panjang pisau uchigatana selama tahun 1500 bisa dikatakan 60 cm tidak lebih dari 70 cm, dengan Sugata, dan Saki-Zori, dan dapat digunakan sebagai salah satu pedang tangan karena kasane dengan ketebalan yang tipis dan nakago yang pendek sehingga relatif ringan.

Berbeda dengan tachi, uchigatana dikenakan di sabuk, dan biasanya menjadi sedikit lebih kecil dari tachi merupakan perbedaan utama antara tachi dan uchigatana tersebut.

Uchigatana menjadi populer karena beberapa alasan, uchigatana itu lebih nyaman untuk dipakai, juga dengan frekuensi pertempuran pada kaki dan kebutuhan untuk kecepatan di medan perang, dan merupakan alasan utama uchigatana diterima dengan cepat dan menunjukkan bahwa pada medan tempur telah tumbuh dalam intensitas. Karena uchigatana yang lebih pendek dari tachi, bisa digunakan di tempat terbatas, seperti di dalam sebuah gedung.





11. Nodachi

Pedang ini sangat panjang bahkanmenjadi pedang terpanjang dengan panjangnya hampir 80cm. Pedang ini tidak cocok untuk pertarungan jarak dekat, karena menyulitkan pengguna untuk bergerak gesit. Pedang ini berguna untuk membelah pasukan berkuda. Walaupun sebenarnya tidak cocok untuk close combat, tapi pembuatan pedang ini masuk dalam kategori sulit, sehingga merupakan pedang langka.



Berkas:Antique shinto samurai nagamaki 1.jpg12. Nagamaki

Nagamaki adalah pedang panjang dengan pisau yang bisa mencapai 2 meter atau lebih dan pegangan dengan ukuran panjang yang sama dengan pisau. Pisau yang bermata tunggal dan bisa menyerupai naginata, namun perbedaan utama bagaimana pisau yang dipasang adalah bahwa pegangan (tsuka) dari nagamaki itu bukan poros kayu sederhana seperti di naginata, melainkan dibuat lebih seperti ganggang katana. Bahkan nama "nagamaki" disebut juga dengan ("pembungkus panjang") karena tradisi seperti menangani pembungkusan. Pegangan nagamaki dibungkus dengan kulit atau sutra dengan cara saling silang, sangat mirip dengan pembungkus yang dibuat pada katana. Nagamaki ini dianggap berevolusi dari nodachi atau ōdachi pedang yang dijelaskan dalam literatur abad keempat belas dan sumber bergambar.






13. Bokken

Bokken adalah pedang seukuran katana yang terbuat dari kayu, biasanya dipergunakan untuk berlatih. jika di klasifikasikan sendiri sub-klasifikasi contohnya suburito(untuk yang ini saya juga bingung loh),bokken di gunakan untuk latihan memotong menggunakan pedang. Oh ya ngomong ngomong, Miyamoto Mushashi terkenal karena dalam pertarungan yang sesungguhnya ia sering menggunakan bokken padahal lawannya benar-benar serius dengan senjatanya (mereka menggunakan katana, yari, bahkan ada yang menggunakan Nodachi)




14. Shinai

Shinai sebenarnya tidak berbeda dengan bokken hanya saja shinai terbuat dari beberapa bilah potongan bambu yang di satukan berbentuk pedang kegunaannya pun sama.. untuk latihan.







15. Yumi

Yumi di golongkan ke dalam Busur. di jepang di masa lalu orang yang memiliki ke ahlian memanah sangatlah di hormati pata Kyudoka(sebutan untuk pengguna yumi/kyu) ini memiliki peran besar dalam pertempuran/peperangan kelompok, kyudoka biasanya berlatih untuk menembak dari atas kuda , ukuran yumi sendiri sangatlah menakjubkan kurang lebih 2 meter bentuknyapun seringkali tidak simetris daya serangnyapun tidak perlu di ragukan Kadangkala yumi di gunakan dari atas kuda.









16. Naginata

Sebuah naginata terdiri atas batang kayu dengan mata pisau melengkung di ujungnya, itu mirip dengan guan dao dari Cina atau di Eropa disebut glaive. Naginata memiliki bagian pedang seperti tsuba antara pisau dan poros ketika dipasang dalam koshirae. ukuran Naginata 30 cm sampai 60 cm dan ditempa dalam cara yang sama seperti pedang tradisional Jepang. Pisau memiliki bagian panjang (nakago) yang dimasukkan ke dalam poros Nagaye atau Ebu.








Berkas:Yari-p1000604.jpg17. Yari

Yari yang ditandai dengan pisau lurus dengan panjan beberapa sentimeter, sampai 3 meter atau lebih panjang. Bilah tersebut terbuat dari baja yang sama (tamahagane) bahwa pedang tradisional Jepang dan panah kepala yang ditempa dengan cara yang sama, dan sangat tahan lama. Sepanjang sejarah banyak variasi dari pisau yari diproduksi dengan lurus, sering dengan tonjolan pada bagian tengah pisau. Pisau Yari selalu memiliki tang sangat panjang (nakago); biasanya nagako akan lebih lama dari bagian tajam pisau. Nakago ini menonjol ke bagian dalam yang berongga pegangan ditegakkan (tachiuchi atau tachiuke) membuat poros sangat kaku sehingga hampir tidak mungkin untuk pisau jatuh atau hancur.








18. Zanbato

Pedang ini (lebih cocok di bilang sebilah besi tajam) dengan panjang 2 meter dan lebar ½ meter apakah mungkin ada? ternyata pedang itu bukanlah fiktif di jepang zanbato memang pernah di gunakan tapi sangatlah tidak efektif karena sangat berat dan besar untuk menggunakannyapun harus di angkat oleh 2 orang tapi kekuatannya tidak perlu di ragukan lagi seekor kuda bisa terbelah dengan 1 tebasan.




Yosh..
Gimana..? Keren banget yah.. XD
Jadi pengen punya katana deh..
Hehehe.. Okeh.. Minna san mata neee ~ ( ^o^)/

Selasa, 23 September 2014

Model Cantik Jepang Berikan Pengakuan Kontroversialnya Bahwa Dia Ternyata…


Minna chwaaannnn..!! ( ^o^)/
Hisasshiburi ne ~
Kali ini aku ngepost tentang model cakep dari Jepang nih..
Silahkan dibaca bagi yang penasaran..

Cekidot..!!


Harassho..!! (luar biasa..!!)
Yup inilah model cantik asal Jepang..
Memiliki paras cantik dan tubuh indah adalah impian setiap wanita..
Bener..?
Ngaku aja deh.. XD


Namanya adalah Midori Kamo, salah seorang model Jepang yang sedang naik daun. Ia merupakan salah seorang model photogenic dengan image yang sangat muda ala gadis Jepang. Saat ini ia banyak diminta menjadi model di berbagai macam majalah dan sering dikenal dengan nama Ao Nyan.

Ao Nyan dengan figurnya yang langsing, imut dan innocent membuat banyak mata terhipnotis, apalagi kaum Adam. Ia memang memiliki penampilan super cute dan sering tampil dengan pose yang agak menggoda meski masih tergolong normal.


Namun agaknya, sebuah pengakuan yang terungkap dari Rocketnews akan membuat Ao Nyan kehilangan fans-fans lelaki dan mungkin malah mendongkrak jumlah fans wanitanya.
Lho, padahal dia kan seorang model cantik..?


Ya, tapi jaman sekarang kecantikan bukan hanya milik wanita. Bahkan pria juga memilikinya. Ao Nyan rupanya adalah seorang pria dan hal ini ia tunjukkan dalam sebuah foto yang memperlihatkan bahwa Ao Nyan bukan model perempuan.


Ao Nyan disebut sebagai otoko no musume yang mengidentifikasikan dirinya sebagai seorang pria berpenampilan wanita. Hal ini ia lakukan untuk keperluan karirnya sebagai seorang model. Ia bisa menjadi model pria ataupun wanita dengan penampilan yang tetap photogenic.
Meski begitu, ia tak menampik bahwa ia sendiri merasa terkesan dengan foto-fotonya sebagai wanita. Well, setelah ini Anda tak akan melihat wanita cute dan pria tampan dengan cara yang sama lagi. Karena mungkin saja, mereka berdandan berlawanan dengan jenis kelaminnya.

Nah, gimana nih para readers ada yang sempet kena zukyun ga ama nih model..!! XD
Hahaha.. Jujur sebelum tau kalo dia ini cwo, aku juga sempet suka ama dia..
#plaakkk..

Sabtu, 16 Agustus 2014

Hoka no Sekai : Korekushon ga Relic no Kiseki (Dunia Lain : Kumpulan Pecahan Batu Keajaiban)

Yo minna chwaaannnnn ~ ( ^o^)/
Hisashiburi ne ~ nee ~ neee ? *ditabok*
#plaakkk..

Akhirnya setelah sekiaaaannnn lamaaaaaanya ga update dikarenakan hari-hari yang sangat  sangat sanguuuaaaaattttt sibuk.. (bohong nih)
Hehehe..
Okeh kita lanjut aja ama OriFict by "saya sendiri" hehehe.. XDa

Readers : makin alay aja lu.. =="

Cekidot . . . ! ! !


Chapter 2 : Argerias Veratica

            Untuk sesaat Shin terpana dengan pemandangan asing yang saat ini tepat berada di depan matanya. Berbagai makhluk hidup yang belum pernah di lihatnya beterbangan bebas di langit biru nan luas dan berlarian di rerumputan hijau yang banyak ditumbuhi oleh bunga-bunga. “Aku. . . ini dimana?”, gumam Shin di dalam hati dan masih terpana dengan apa yang dilihatnya saat ini. Tiba-tiba saja batu relic kembali bercahaya untuk kedua kalinya membuat Shin kembali mengalihkan perhatiannya ke arah batu relic itu. “Apa yang sedang terjadi? Apa aku hanya berhalusinasi? Ataukah aku tertidur dan sekarang ini aku berada di alam mimpi?”, berbagai macam pertanyaan terus muncul satu persatu di dalam pikirannya, di saat itulah. . .

            “Apa kau menyukainya, Shin?”. Shin terkejut dan mengalihkan pandangannya ke arah suara itu yang ia ketahui berada tepat di belakangnya. Dan ia kembali terpana untuk kesekian kalinya, kali ini tepat di depan matanya telah berdiri seorang wanita cantik dan anggun berambut panjang berwarna putih seperti salju, wanita itu bercahaya bagaikan sosok malaikat suci. “Ternyata surga telah bocor sampai-sampai bidadari tersesat sampai ke hadapan ku”, tanpa sadar Shin malah mengeluarkan kata-kata aneh yang berasal dari lubuk hatinya. “Bidadari?”, tanya wanita itu ketika mendengar kata-kata yang keluar dari mulut Shin. “E..eehhh..ti..tidak.. lupakan lupakan, ehehehe..”, Shin tersipu malu dengan ucapannya sendiri yang tanpa sadar telah di ucapkannya. Tidak lama kemudian wanita itu memperkenalkan dirinya kepada Shin. “Aku Aurelia, roh suci pelindung dunia ini yang bernama Argerias Veratica dan orang-orang terpilih sepertimu ditakdirkan untuk menghadapi rintangan yang ada di dunia ini. Apa ada sesuatu yang ingin kau tanyakan?”. “Ah soal itu, rintangan apa yang sebenarnya akan aku hadapi?”. “Batu yang mengantarmu ke sini, kumpulkanlah ke-5 bagian dari pecahan batu relic tersebut, dan temui Sang Dewi Takdir yang nantinya akan mengabulkan satu permohonan yang kau inginkan.”, jelas Aurelia. “Sang Dewi Takdir yang akan mengabulkan satu permohonan?”, otak Shin masih terselimuti oleh kebingungan, banyak hal-hal yang belum ia mengerti tentang dunia ini. Merasa perannya sudah cukup sampai di situ, Aurelia berniat untuk melakukan ritual pemberangkatan Shin untuk menjelajahi Argerias. Tiba-tiba relic yang ia bawa tadi terbang ke arahnya dan menyatu dengan kalung yang di kenakannya. “Tenang saja, selama perjalanan, kau akan di bimbing oleh peri yang akan selalu menemanimu. Selamat jalan.”, Aurelia menciptakan portal yang membuat Shin terhisap ke dalamnya. “Tunggu dulu! Masih banyak yang ingin aku tanyakan! Bagaimana caranya untuk bisa pulang ke dunia asal ku?! Hei! Huwaaaaaaaaaaaaaaaaaaa!!!”, Shin terhisap dalam portal, perlahan pandangannya memudar hingga akhirnya ia pingsan tak sadarkan diri.

= + =

            Slurp..slurp..slurp..

“Nnngggg? Hmmm? Huwaaaaaaaaa!”, Shin tersentak kaget dan terbangun dari tidurnya, ia mengamati ke sekelilingnya. Sekali lagi hamparan padang rumput yang sangat luas kini tepat berada di hadapannnya hanya saja terdapat lebih banyak pepohonan dibandingkan dengan tempat sebelumnya dan terlebih lagi..

            Muuunnnn..muuuunnnnnn.. ksskkk..kssskkkk..

     Shin mendapati makhluk mungil aneh di hadapannya, makhluk ini lah yang telah membuatnya terbangun dari tidurnya. “Kau ini apa?”, Shin penasaran dengan makhluk mungil itu dan berniat untuk menyentuhnya. Sedetik kemudian tangannya akan menyentuh makhluk itu, makhluk mungil tersebut tiba-tiba menggeram dengan membuka mulutnya yang sangat lebar dan dipenuhi oleh puluhan taring yang tajam. “Huwaaaaaa!”, Shin sangat terkejut ketika makhluk mungil tersebut membuka mulutnya yang dipenuhi oleh serentetan gigi yang tajam dan membuat Shin secara refleks memukul makhluk tersebut hingga terpental beberapa meter di depannya. Tak lama kemudian sesuatu yang sangat tak diduga terjadi, induk beserta koloni dari makhluk itu muncul satu persatu  dari dalam tanah dan menggertakkan gigi taringnya menandakan mereka sedang marah. Di saat itu lah..

    “Shin, gunakan kekuatan batu relic itu!”. Sebuah suara misterius muncul dan mengagetkannya. “Menggunakan batu relic? Tapi bagaimana? Ahhh!!”, Shin menggerutu di dalam hati karena tidak mengerti dengan apa yang dimaksud dari kata-kata yang muncul barusan. Di saat itu pula makhluk aneh yang memiliki tubuh paling besar melompat ke arah Shin dan bersiap menerkam dirinya. “AAAAAAAAAAAAAAAAA, APA AKU AKAN MATI DI SINI?!!”, Shin berteriak di dalam hatinya dan tanpa berpikir panjang, ia mengambil batu relic yang terikat di kalungnya dan menggenggamnya dengan erat. Tiba-tiba batu relic bercahaya dan memberikan reaksi. “A..apa yang sedang terjadi?”, Shin semakin bingung dengan semua yang dialaminya. Batu relic bercahaya semakin terang dan kemudian..

            Sriiinnnggggg.. sriiinnggggg...

        Pakaian milik Shin berubah menjadi jubah hitam. “A..ap..apa ini?”, pikirannya sangat blank ketika ia harus menghadapi semua kenyataan di luar akal sehat manusia. “Shin, sekarang rasakan energi yang mengalir di dalam tubuh mu dan pikirkan sebuah serangan yang dahsyat muncul melalui ke dua telapak tanganmu dan mengarah ke makhluk-makhluk itu dan beri nama serangan itu untuk dapat mengingatnya jika di butuhkan kembali”, sebuah suara misterius muncul kembali dan memberikan petunjuk kepada Shin, tanpa pikir panjang ia langsung membayangkannya. “Sebuah serangan dahsyat, aku mengerti”, Shin mengarahkan telapak tangan kanannya ke arah makhluk-makhluk itu. “FIRE EXPLOSION!!!”, Shin mencoba mengeluarkan sebuah serangan, namun tidak ada sesuatupun yang muncul. “Kenapa tidak muncul?”, tanya Shin dalam hati. “Shin! Kau harus fokus untuk bisa melakukannya, tenanglah. Rasakan semua energi yang ada di tubuhmu, kumpulkan ke satu titik, kemudian lepaskanlah”, suara misterius itu kembali memberikan arahan kepada Shin.

Rasakan energi yang ada di dalam tubuh ku..
Kumpulkan ke satu titik..

Tiba-tiba muncul sebuah aura merah menyelimuti tubuh Shin dan angin di sekelilingnya  berubah. “Sekarang aku mengerti. FIRE EXPLOSION!!! Heaaaaaa!!!”, Shin melontarkan serangan bola-bola api besar yang muncul dari telapak tangan kanannya ke arah makhluk-makhluk itu dan bola-bola api itu meledak ketika berada di dekat makhluk-makhluk yang sedari tadi terus memburunya. BUUMMM!! BUUMMM!! Makhluk-makhluk itu berterbangan terlempar seketika ketika terkena ledakan dari bola-bola api yang muncul dari telapak tangan Shin. “Shin awas di belakangmu!”, sebuah suara misterius kembali muncul untuk mengingatkan Shin akan bahaya yang berada di belakangnya. Shin dengan sigap membalikkan badannya “FIRE SWORD!!!”, sebuah pedang api muncul di tangan kanan Shin. “Enyahlah kau dari hadapanku! HEAAAAA!!!”, Shin mengayunkan pedang apinya ke arah tubuh makhluk itu tepat ke arah dadanya dan membuat makhluk besar itu ambruk jatuh ke tanah. “Apa aku mengalahkannya?”, Shin bertanya di dalam hati sambil terus memperhatikan makhluk-makhluk yang terkapar di hadapannya.

“Ternyata kau lebih hebat dari perkiraanku yah”, sosok wanita cantik dengan sayap  muncul di hadapannya. “Heee? K..kau siapa?”, Shin sangat terkejut melihat sosok wanita cantik dengan sayap yang muncul di hadapannya. “Aku? Seharusnya kau yang memberiku nama karena aku adalah perimu yang akan terus menemanimu selama perjalanan”, jawabnya sembari memberikan senyuman manis kepada Shin. “Jadi kau adalah peri yang dimaksud roh suci, hmmm”, Shin bergumam sejenak. “Ehhh!! Nani?! Jadi aku akan terus ditemani oleh wanita cantik ini selama perjalanan ku?!!”, Shin berteriak di dalam hatinya dan tiba-tiba wajahnya memerah membayangkan hal-hal yang akan terjadi pada dirinya dan sang peri di sepanjang perjalanan nanti. “Ehehehe.. ehehehe.. hehe..”, wajah Shin menjadi semakin merah ketika membayangkannya. “Shin, wajahmu memerah, apa ada sesuatu?”, sang peri mendekatkan wajahnya ke wajah Shin dan memperhatikan wajah Shin. “Huwaaaaaaa! A..aanoooo, na..nandemonai yo. Ah soal namamu, ettoooo.. Lily? Bagaimana aku memanggilmu dengan Lily?”, Shin mengatakannya dengan gugup dan wajah yang memerah. “Hmmm, Lily ya? Sepertinya cukup bagus, mulai sekarang kau memanggilku dengan nama Lily ya”, Lily mengatakannya dengan sedikit girang yang terlukis di wajahnya. “Ettoooo, wakatta. Lily, sepertinya hari sudah mulai gelap, kita harus menemukan kota secepatnya untuk mendapatkan tempat peristirahatan”, Shin mulai khawatir dengan keadaan, karena jika sudah malam, akan lebih berbahaya jika berkeliaran di alam liar. “Kalau kau mencari kota, seharusnya kau sudah bisa menemukannya kurang dari lima belas menit”, jelas Lily. “Na..Nani?!! Di padang rumput yang luas begini?”, Shin masih tidak percaya dengan pernyataan barusan. “Aku tidak berbohong, ada sebuah kota kecil di sebelah barat dari sini”, Lily menjelaskan. “Sepertinya ada yang salah dengan mataku, sudahlah ayo kita bergegas ke kota (apa yang akan Yuuki lakukan jika mengetahui aku tidak mentraktirnya makan malam ini) haaahhhh”, Shin mengatakannya dengan sedikit khawatir tentang janjinya dengan Yuuki.

= + =

           Sebuah kota kecil yang dipenuhi oleh lampu-lampu hias di sepanjang jalan membuat suasana kota itu begitu nyaman. Tampak beberapa orang masih berada di luar rumah bercanda tawa dengan teman-temannya dan ada juga yang mempromosikan minuman anggur kepada orang-orang yang lewat di depan bar. “Waaahhhhh, kota yang ramai yah. Tidak seperti perkiraan ku”, Shin berkata dengan perasaan kagum akan suasana di kota kecil itu. “Jangan menilai buku dari sampulnya Shin”, jelas Lily yang sedang memperhatikan orang-orang di kota kecil itu. Sementara Shin sedang asik melihat-lihat keadaan kota, tampak seorang wanita sedang berjalan dari arah berlawanan dari Shin dan..

            Bruughh..

          “Ahh, gomenasai”, kata wanita itu ketika menabrak tubuh Shin. “A..aahhh tidak, daijoubu”, jawab Shin seraya mengulurkan tangan dengan maksud membantu wanita itu berdiri. “Ah, arigatou”, wanita itu mengucapkan terima kasih kepada Shin karena telah membantunya berdiri. “Yu..Yuuki chan?”, Shin terkejut ketika mendapati bahwa wanita itu adalah temannya. “Shin? Bagaimana kamu bisa berada di sini?”, tanya Yuuki dengan heran. “Ah, ini semua berawal ketika aku membersihkan batu relic yang diberikan oleh Shouta ojii-san tadi dan.. Ah ceritanya sangat panjang”, Shin sedang tidak ingin membahas hal itu untuk sekarang, karena ia harus segera menemukan tempat peristirahatan. “Shin, kita harus cepat menemukan tempat untuk menginap malam ini”, potong Lily. Untuk sesaat Yuuki terus memperhatikan Lily, seolah mengerti akan apa yang ada di pikiran Yuuki, Shin menjelaskan kepada Yuuki, “Ah, dia peri penuntun ku selama perjalanan. Namanya Lily”. “Kawaii.. Shin, kau cukup baik dalam memberikan sebuah nama. Ne Lily, aku Yuuki,  yoroshiku”, Yuuki memperkenalkan dirinya seraya mengulurkan tangan untuk bersalaman. “Senang bisa mengenalmu, yoroshiku”, balas Lily. “Ah, sepertinya kalian belum menemukan tempat untuk tidur malam ini, kebetulan aku sudah mendapatkan lokasi penginapan dan kalian boleh menumpang di tempat ku jika kalian mau”, Yuuki memberikan sebuah penawaran. “Hontou? Doumo arigatou, Yuuki-chan”, tampak sebuah senyuman lebar terlukis di wajah Shin. “Tapi sebelum itu, apa kau masih ingat dengan janji mu?”, tanya Yuuki. “Ettoooo, aku tidak membawa apapun ke sini, lain kali saja yah, gomen”, jawab Shin dengan kepala menunduk. “Hahaha, sejak kapan kau jadi seperti ini Shin? Sudahlah, kita sudah berteman cukup lama. Jangan terlalu dipikirkan”, Yuuki tertawa melihat tingkah laku Shin seraya memukul pundaknya. “Ehehehe”, Shin hanya tertawa sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Sementara Lily hanya menggeleng melihat tingkah laku mereka berdua.

= + =

“Haaaahhhhh, tsukareta”, ucap Shin sembari merebahkan dirinya ke kasur. Dilihatnya ke sekeliling ruangan kecil itu. Sebuah ruangan dengan lebar kira-kira 5x5 meter yang di sinari oleh cahaya yang berasal dari lampu teplok yang menggantung di setiap sudut ruangan. Terdapat sebuah lemari pakaian yang sudah tua, namun masih tampak kokoh. “Sepertinya cukup nyaman untuk di tempati”, Lily mengomentari. “A..anooo Shin, i..itu.. tempat tidur ku”, ucap Yuuki. “He? A..aaaa.. gomen gomen, ku kira ini kamar ku. Ehehehe”, ucap Shin seraya bangkit dari rebahannya dan sedikit tertawa. “E..ettoooo”, Yuuki tampak malu-malu untuk mengatakan sesuatu. “Doushite Yuuki chan?”, tanya Shin dengan tampang sedikit bingung. “Kita hanya memiliki satu kamar untuk tidur malam ini”, ucap Yuuki dengan wajah memerah. “He? Nani?!!!”, shin tampak terkejut dengan pernyataan Yuuki barusan. “Aku.. tidur sekamar dengan Yuuki?!!”, teriak Shin dalam hati. “A..aaaa.. aku tidur di lantai saja, sementara kau dan Lily tidur di kasur”, ucap Shin mencoba menenangkan suasana. “Tidak, sebagai peri pembimbing mu, aku tidak perlu mendapat perlakuan khusus. Sebaiknya kau saja yang tidur di kasur bersamanya”, potong Lily. Mendengar hal itu, wajah Shin dan Yuuki tampak menjadi merah. “Dame..dame.. aku tidak mungkin membiarkan seorang wanita tidur di lantai, sementara aku yang laki-laki tidur di atas kasur”, jelas Shin. “S..sou sou, dame da yo Lily chan, ehe..ehehee”, sambung Yuuki dengan gugup. “Ya sudahlah, apa boleh buat”, ucap Lily nyerah, padahal ia hanya berniat untuk menggoda mereka berdua lebih jauh lagi. “Jaa, aku tidur duluan. Oyasumi”, ucap Yuuki. “Aku juga. Oyasumi”, sambung Lily. “Hai hai, oyasumi Yuuki chan, Lily chan”, sambung Shin.

= + =

            Cahaya mentari pagi terlihat menembus melalui sela-sela tembok ruangan dan kaca jendela di ruangan kecil itu. Orang-orang di luar mulai tampak sibuk dengan kesibukannya masing-masing.

            “Shin! Bangun! Shin! Shiiinnnn!!”, tampak Yuuki sedang berusaha membangunkan Shin dari tidurnya. “Nnngghhh”, Shin hanya menggeliat di atas tikar yang terbentang di lantai. “Yuuki, biar aku saja”, Lily mencoba untuk mengambil alih. Lily mulai mendekati Shin yang sedang terlelap dalam tidurnya. “Shiiiiinnnn-kun ~”, ucap Lily dengan nakal seraya membelai tubuh Shin. Diperlakukan seperti itu, Shin menggeliat geli. “Li..Lily! A..apa yang kamu lakukan?!!”, wajah Yuuki tampak memerah melihat hal barusan, namun Lily hanya memberikan tanda untuk menunggunya sebentar dan tetap tenang. Lily berlanjut memeluk Shin dan . . .

            “Banguuunnnn!! Dasar pemalaaassssss!!”

            BRUAAKKK!! BRUGH!!

            Lily melempar Shin ke arah lemari kayu. “Itai!!”, Shin memegang kepalanya sembari menahan rasa sakit. “Itu salah mu, di saat-saat seperti ini kau masih bisa bersantai seperti itu. Menyebalkan”, keluh Yuuki kesal. “Shin, kita harus menemukan pecahan relic lainnya. Aku merasakan adanya pecahan relic di sekitar sini”, ucap Lily dengan yakin. “Begitukah? Baiklah, kita akan mencarinya bersama-sama setelah sarapan dan sekarang, ayo kita tidur”, ucap Shin sembari kembali merebahkan dirinya di atas tikar. “Kenapa malah tidur lagi, bakayarooooo!!”, Yuuki mengambil patung kecil di ruangan itu dan melemparnya ke arah Shin.

= + =

            Sebuah bangunan tua yang tampak banyak diselimuti oleh akar-akar yang berasal dari pohon besar, berdiri dengan kokoh walaupun dari jauh terlihat seakan-akan bangunan tua itu akan roboh kapan saja. Shin, Yuuki dan Lily berdiri tepat di depan pintu masuk yang berukuran cukup besar dengan ukiran-ukiran yang terlihat cukup unik. “Lily, ku tanya sekali lagi. Apa kau benar-benar merasakan pecahan relic itu berasal dari dalam bangunan ini?”, tanya Shin dengan raut wajah ragu untuk memasuki bangunan tua itu. “Aku tidak bercanda, energi pecahan batu relic itu terasa sangat jelas berasal dari dalam bangunan ini”, jawab Lily dengan yakin. “Shin, apa kau takut?”, tanya Yuuki sembari menyenggol lengan Shin. “Aaahhhh, iya iya, ayo kita masuk”, ucap Shin. Shin membuka pintu bangunan itu, dilihatnya lukisan-lukisan kuno berjejer dengan rapi di tembok ruangan. Sebuah lampu besar tampak menggantung di langit-langit ruangan. “Sugooiii”, ucap Shin yang sedikit terpana dengan bangunan tua itu. “Hmmm? Apa ini?”, tanya Yuuki ketika melihat sebuah bola hitam melayang tepat di tengah-tengah ruangan. “Yuuki! Jangan sentuh sembarangan!”, teriak Shin. Namun Shin sedikit terlambat, Yuuki terlanjur menyentuh benda itu dan tiba-tiba saja benda itu membuat dirinya terhisap ke dalamnya. “Kyaaaaaa!”, teriak Yuuki. “Shin! Tidak salah lagi, energi pecahan relic itu berasal dari bola hitam ini. Kita harus menyusulnya!”, ucap Lily dengan serius. “Tapi..”, belum sempat Shin menyelesaikan ucapannya, Lily dengan sigap mendorong tubuh Shin dan melompat ke arah bola hitam itu membuat mereka berdua terhisap ke dalamnya.

= + =

            Bruaakkkk!!

            “Aaahhhh.. aku merasa sedikit pusing”, ucap Shin sembari mengurut-urut kepalanya. “Shin, kita telah sampai”, ucap Lily. “Sampai?”, tanya Shin tidak mengerti dengan apa yang dimaksud perkataan Lily. “Saat ini, kita berada di dalam Dungeon”, jawab Lily.



To be continue . . .



Okeh..
Itu lah chapter dua dari Hoka no Sekai.. ^^
Maaf kalo ngepostnya kelamaan yah, hehehe..

Minggu, 06 Juli 2014

Apa itu Oculus Rift ?

Yo minnaaaa chwaaaannnnn ~ ( ^o^)/
Pertemuan kali ini kita akan membahas tentang Oculus Rift..
Pasti di antara kalian ada yang sudah tahu tentang Oculus Rift, nah bagi yang belum tahu akan aku jelasin di sini apa itu Oculus Rift..

Di antara kalian pasti ada sebagian yang bercita-cita untuk memasuki dunia virtual seperti yang ada di anime Swort Art Online yang membuat para Gamer sekaligus Otaku tergila-gila dengan sistem VRMMORPG, dan pastinya menginginkan Nerve Gear untuk dapat memasuki dunia virtual tersebut..
Nah, Oculus Rift ini lah yang mungkin dapat menjadi media bagi kita nantinya untuk dapat merasakan dunia virtual..
Pasti di antara kalian ada yang pengen untuk bertemu dengan idol seperti Hatsune Miku atau memasuki Aincrad..
Pastinya aku juga pengen.. Hehehe.. XD

Untuk lebih jelasnya bisa di lihat di sini..


Sabtu, 05 Juli 2014

Hoka no Sekai : Korekushon ga Relic no Kiseki (Dunia Lain : Kumpulan Pecahan Batu Keajaiban)

Yo minna chwaaannnn ~ ( ^o^)/

Readers : masih alay nih anak.. =="

Akhirnya jadi juga nih FanFict pertama aku sekaligus menjadi pembuka entri pertama di blog tercinta ini..
Hahaha.. XD *jingkrak-jingkrak*
Nah buat yang penasaran langsung ajah dibaca yah..

Readers : ya iyalah, emang diminum..? =="

Oke deh, Check it's out ~


Chapter 1 : Permulaan

            Terdengar suara derikan roda raksasa yang berputar dengan tenang seirama dengan porosnya. Kereta kuda itu berjalan mengitari jalan kecil di keramaian kota. Suasana di pagi itu memang agak sedikit berbeda dari biasanya, tentunya karena hari itu adalah hari minggu. Orang-orang mulai terlihat lalu lalang menjalankan aktifitasnya, tak terkecuali bagi keluarga Karasawa, mereka tampak sibuk dengan urusannya masing-masing. Hanya saja . . .

KRIIIINNNNGGGG!!!!!

Seorang remaja bermata hitam pearl dan rambut hitam acak-acakan khasnya yang sedang bermalas-malasan terjaga dari tidurnya, ia memang sangat sulit untuk bangun pagi, terlebih di hari libur. Ia lebih mengutamakan untuk bersantai di rumah. “mmhhhh.. nnggg? URUSAAAIIIII!!!”, Shin bergegas mengambil jam wekernya yang masih berdering dan melemparnya keluar melalui jendela kamarnya yang berada di lantai dua.
            
DUAAKKK!!!

“Ouchh!! My head!!”, teriak seorang penjual bakso yang sedang lewat di depan rumahnya.

            “Yare yare, pagi-pagi begini udah berisik aja”, keluhnya sambil menghela nafas panjang dan sesekali meregangkan otot-otot tubuhnya yang masih kaku. Dengan malas ia beranjak dari kasurnya untuk mengganti pakaiannya dan melangkahkan kakinya keluar dari kamarnya.

            “Shiiiinnnnn Kaaraasaawaaa!!!”, tiba-tiba seseorang berteriak memanggil namanya dari luar jendela dengan suara yang mungkin tidak akan pernah dapat ia lupakan.

            Merasa namanya dipanggil, ia melihat keluar melalui jendela kamarnya. Seorang gadis berambut orange panjang yang tampak seumuran dengannya berdiri tepat di depan rumahnya.

            “Yuuki chan, ada apa pagi-pagi begini datnghaaanghhhh ke rumah ku?”, tanya Shin sambil menguap karena masih mengantuk.

            “Ya ampun, apa kau sudah lupa dengan janji yang kau buat sendiri? Kau memintaku untuk menemanimu pergi ke toko untuk membeli sesuatukan?”, keluh Yuuki karena ulah temannya yang satu ini.

            “Aaahhhh.. aku lupa.. tunggu sebentar ya”, Shin bergegas berganti baju dan keluar dari kamarnya.

            Tap.. tap.. tap..

            Terdengar suara langkah kakinya yang sedang menuruni anak tangga. Tampak seorang wanita berambut hitam panjang sepinggang lengkap dengan baju memasak yang dikenakannya sedang menyiapkan sarapan di dapur. Ia adalah Minami Sashihara, ibunya Shin. “Ohayou okaa-san”, sapa Shin seraya menuruni anak tangga. “Ohayou mo Shin”, balas ibunya dengan senyuman manis yang selalu terlukis di wajahnya. Ia lalu berlari ke arah meja makan dan mengambil sepotong roti yang tertera di atas meja makan. “Itthehimashh (ittekimasu)”, ucapnya sambil berlari keluar rumah dengan mulut penuh roti. “Hai hai Itterasshai”, jawab ibu yang hanya tersenyum melihat tingkah laku anaknya.

            “Kau payah sekali Shin, masa bisa lupa dengan janji yang kau buat sendiri? Haahhhh...”, keluh Yuuki sambil menghela nafas panjang.

            “Ah.. hohen hohen, ahu huha, hehehe (ah.. gomen gomen, aku lupa, hehehe)”, jawab Shin dengan sepotong roti memenuhi mulutnya.

            “Kau ngomong apa? Aku Tidak mengerti apa yang kau katakan. Sudahlah yuk kita ke tokonya sekarang”, Yuuki berkata sembari menarik Shin yang masih sibuk mengunyah roti yang memenuhi mulutnya.

            “Heehhh, hehan hehan hong (heehhh, pelan-pelan donk)”, ucap Shin dengan susah payah.

            Di tengah perjalanan ia berpapasan dengan seorang wanita tua yang ia kenali bernama Mariyana sedang berjalan santai dengan suaminya, Edward. Mereka adalah tetangga yang bersebelahan dengan rumah Shin yang merupakan keturunan dari bangsa asing. “Ohayou Gozaimasu, Mariyana-san, Edward-san”, sapa Shin dan Yuuki. “Ohayou mo, tidak biasanya kau terlihat bersemangat seperti ini Shin. Apa ada sesuatu yang menarik perhatianmu?”, tanya Mariyana. “Ettooo, ada sesuatu yang ingin ku beli di toko pagi ini, hehehe”, jawabnya sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal. “Dan saking semangatnya, ia melupakan apa yang ingin ia lakukan hari ini, huft”, sambung Yuuki dengan pipi yang menggembung. “Hohohoho, semangat anak muda memang bagus, mengingatkanku ketika masih muda dulu”, sambung Edward sambil sedikit tertawa. “Ehehe, jaa, kami pergi dulu yah. Mariyana-san, Edward-san, mata ne”, ucap Shin seraya melambaikan tangan kepada pasangan yang sudah uzur itu. “Seandainya aku masih muda, hohoho”, ucap Edward mengenang ketika masa-masa mudanya dulu. Mariyana hanya tersenyum mendengar perkataan si Edward.

            Di sepanjang perjalanan Shin diam-diam terus mengingat kembali kejadian seminggu yang lalu yang terus mengganggu pikirannya hingga saat ini. Yaitu tentang seorang kakek penjaga toko yang menawarinya sebuah batu relic yang terlihat sangat tua seperti sudah berumur ratusan tahun dengan harga murah, namun pada saat itu ia menolaknya dan hari ini ia bermaksud untuk datang menemui kakek penjaga toko tersebut dan membeli batu relic yang tiba-tiba saja terus membuatnya penasaran itu.

            “Duak!!”, Yuuki memukul lengan Shin dengan tiba-tiba. “Itai yo Yuuki chan, kenapa kau memukul ku?”, tanya Shin heran. “Aku lihat kau diam saja dari tadi, apa ada yang kau pikirkan?”, tanya Yuuki. “Ah, nanti akan ku beri tahu, hehehe”, jawab Shin santai. “Haaahhhhh.. terserah kau saja deh”, Yuuki pasrah.

          Sesampainya di tempat tujuan, mereka langsung memasuki toko tersebut untuk menemui kakek penjaga toko dan menanyakan tentang batu relic yang ingin ia beli. “Sumimasen”, ucap Shin ketika memasuki toko. “Yooo.. Shin-kun, hisashiburi”, tampak seorang pria tua berdiri menyambut kedatangan Shin. “Hai, hisashiburi ne, Shouta ojii-san”, balas Shin. “Nnggg? Siapa itu? Tidak biasanya kau pergi dengan seorang gadis. Pacarmu ya?”, Shouta bertanya kepada Shin sambil menyenggol lengan Shin. “A..aanooo.. Yuuki Haruna desu. Aku temannya Shin, yoroshiku”, Yuuki sedikit gugup ketika mendengar pertanyaan dari Shouta. “Hoooo.. Soudane”, Shouta hanya mengangguk. Mata Shin memperhatikan ke sekeliling ruangan untuk mencari barang yang dimaksud. Beruntungnya hingga saat ini batu relic tersebut belum terjual. “Nee Shouta ojii-san, batu relic ini berapa harganya?”, tanyanya sambil menunjuk ke arah batu relic yang berada di dalam kotak kaca. “Hmmm, sebenarnya aku hampir membuang benda itu karena tidak ada seorangpun pelanggan yang ingin membelinya. Jika kau menginginkannya, ambillah. Aku memberikannya padamu secara gratis jika kau mau”, jawab Shouta. “Heee? Hontou ni? Arigatou ne Shouta ojii-san”, “Hahahaha.. Douitashimashite”. Shouta beranjak mengambil batu relic tersebut dan memberikannya kepada Shin. “Batu apa itu?”, tanya Yuuki penasaran ketika sekilas melihat batu yang digenggam Shin, mirip dengan batu miliknya di rumah. “Ada deehhh.. jaa, aku permisi dulu Shouta ojii-san, ada sesuatu yang harus segera ku kerjakan. Mata ne”, ucap Shin meninggalkan kakek penjaga toko tersebut sembari melambaikan tangannya. Sedangkan Yuuki hanya menggembungkan pipinya sebagai tanda tidak puas dengan rasa penasaran yang menghantuinya.

            Di sepanjang perjalanan pulang, Shin terus bercanda ria membuat Yuuki tertawa. Sesekali mereka duduk sejenak untuk beristirahat sambil menikmati es krim yang mereka beli. Pada saat itulah dua orang ibu-ibu lewat di depan mereka. “Ara..ara.. anak muda zaman sekarang”, “Kawaaiiii~”. Mendengar perkataan yang muncul dari ibu-ibu itu, Shin dan Yuuki hanya terdiam tersipu malu dengan wajah memerah. Ketika hari mulai terlihat sudah mulai sore, akhirnya mereka berniat untuk pulang ke rumah masing-masing. “N..nee Yuuki chan, terima kasih untuk hari ini karena mau menemani ku”, ucap Shin. “Ha..hai, doumo. Sebagai gantinya nanti malam traktir aku makan ya, aku tunggu di rumah ku jam 7 nanti”, jawab Yuuki dengan mata berbinar-binar. “O..oooiii.. ettooo..”, belum selesai Shin berbicara. “Mata neee...”, ucap Yuuki sambil berlari meninggalkan Shin yang masih bengong dengan perkataannya barusan. “Yare.. yare.. kebiasaan”, gerutu Shin dalam hati.

“Tadaima”, ucapnya ketika sampai dan akan memasuki rumah. “Okaerinasai Shin”, jawab ibunya yang sedang menyiapkan makan malam. Sedangkan di sudut ruangan tengah, tampak seorang wanita yang terlihat sedikit lebih tua dari Shin dengan mata hijau emerald dan berkulit putih mulus sedang membereskan rumah. Ia adalah Rie Miyazawa, kakak angkatnya Shin. Timbul niat jahil untuk mengerjai kakaknya yang sedang membereskan rumah. “Onee-chan ada benda hitam yang menggeliat-geliat tepat di bawah kakimu”, ucap Shin sambil menahan tawa. “Kyaaaaaahhhhh!!!!!!!!”, Rie menjerit dengan histeris mendengar perkataan yang muncul dari adiknya, Shin. Ia langsung mengamati semua yang ada di sekitar kakinya dan tidak mendapati apa-apa selain benda-benda yang berserakan di sekelilingnya. “SHIINNN!!! BAKAYAROOO!!!”, teriaknya dan melempar sebuah boneka teddy bearnya ke arah Shin. “Hahaha, gomen gomen”, Shin hanya tertawa cekikikan melihat kakaknya yang sedang marah padanya sembari berlari menuju kamarnya. “Huh, baka..”,  gumam kakaknya dengan wajah cemberut. Melihat tingkah laku kedua anaknya, sang ibu hanya tersenyum. Memang beginilah suasana keadaan di kediaman Karasawa, selalu ribut namun penuh dengan keceriaan.

            Ckrek . . .

            Shin mengunci pintu kamarnya dan mengeluarkan batu relic pemberian kakek penjaga toko. Ia membersihkan batu relic tersebut dengan kuas kecil untuk menyingkirkan debu-debu yang menempel. Untuk sesaat ia terdiam mengamati setiap lekukan kecil dari batu relic tersebut dan ia mendapati sebuah bacaan yang bertuliskan “Regaro de Roudregias”. Ketika ia sedang asik memperhatikan batu relic tersebut, tiba-tiba ibunya, Minami Sashihara memanggilnya dari bawah untuk makan malam. “Shin, waktunya makan malam”, “Hai, hai, chotto matte kudasai ne”, jawab Shin. Ia masih saja memperhatikan batu relic tersebut. “Haaahhh, sudahlah”, ujarnya dalam hati dan pergi meninggalkan kamarnya menuju ruang makan.

            Tampak beberapa potong sasshimi berjejer di atas piring beserta saus yang telah di siapkan di dalam mangkuk kecil. Shin dan keluarganya duduk di kursinya masing-masing dan bersiap untuk makan malam. “Ittadakimasu”, ucap mereka serentak sebelum memakan hidangan yang tertera di atas meja. “Ne Shin, kau seharian kemana?”, tanya ibunya memulai pembicaraan. “Nnnggg? Hanya pergi ke toko dan berjalan-jalan dengan teman”, jawab Shin. “Teman? Ku kira kalian memiliki hubungan khusus karena kalian tampak begitu akrab”, sambung kakaknya Shin, Rie Miyazawa. “A..a..anooo sore wa...”, wajah Shin tampak mulai memerah ketika disinggung sedikit tentang hubungannya dengan Yuuki. “Nani? Nani? Nani? Jadi kalian memang sudah memiliki hubungan lebih dari teman. Hohhooo”, Rie mendekatkan wajahnya ke wajah Shin sambil memperhatikannya wajahnya yang sedang memerah. “Aaahhhh, sudahlah. Ayo cepat makan sebelum makanannya keburu dingin”, ujar shin yang tampak mulai salah tingkah. “Haaaaaai~”, jawab mereka berdua secara bersamaan. “Mattaku”, gerutu Shin dalam hati.

            “Gochisousama deshita”, ucap Shin ketika selesai melahap makanannya. Ia beranjak meninggalkan ruang makannya dan berjalan menuju kamarnya.

            Ckrekk . . .

Ia kembali mengunci kamarnya dan melanjutkan kegiatannya yang tertunda sejenak.  Ia kembali memperhatikan batu relic tersebut dan matanya tertuju pada tulisan yang tertera pada bagian tengah batu relic tersebut. “Regaro de Roudregias”, ia melafalkan kalimat yang tertera pada batu relic tersebut, tiba-tiba saja batu relic yang di pegangnya mengeluarkan sinar yang sangat menyilaukan membuat Shin menutup kedua matanya. Sesaat merasa cahaya menyilaukan tersebut telah hilang, perlahan ia membuka matanya dan sebuah pemandangan yang sangat asing tepat berada di depan matanya. Hamparan rumput nan hijau yang sangat luas dan ditumbuhi oleh bunga-bunga indah, beserta makhluk hidup yang belum pernah ia lihat sebelumnya beterbangan di angkasa dan berlarian di rerumputan.

            “Aku. . . Ini dimana?”, gumamnya dalam hati.



To Be Continue . . .

Gimana-gimana..? XD
Bagus ga.. ? Kalo masih banyak kekurangan mohon dimaklumi saja yah, masih baru belajar, hehehe..
Jangan lupa kripik dan saran yah.. ^^

Readers : Kritik woi, kritik.. =="

Oke deh..
Sampai jumpa lagi dengan saya.. XD

Jaa Mata neee ~ ( ^o^)/