Sabtu, 16 Agustus 2014

Hoka no Sekai : Korekushon ga Relic no Kiseki (Dunia Lain : Kumpulan Pecahan Batu Keajaiban)

Yo minna chwaaannnnn ~ ( ^o^)/
Hisashiburi ne ~ nee ~ neee ? *ditabok*
#plaakkk..

Akhirnya setelah sekiaaaannnn lamaaaaaanya ga update dikarenakan hari-hari yang sangat  sangat sanguuuaaaaattttt sibuk.. (bohong nih)
Hehehe..
Okeh kita lanjut aja ama OriFict by "saya sendiri" hehehe.. XDa

Readers : makin alay aja lu.. =="

Cekidot . . . ! ! !


Chapter 2 : Argerias Veratica

            Untuk sesaat Shin terpana dengan pemandangan asing yang saat ini tepat berada di depan matanya. Berbagai makhluk hidup yang belum pernah di lihatnya beterbangan bebas di langit biru nan luas dan berlarian di rerumputan hijau yang banyak ditumbuhi oleh bunga-bunga. “Aku. . . ini dimana?”, gumam Shin di dalam hati dan masih terpana dengan apa yang dilihatnya saat ini. Tiba-tiba saja batu relic kembali bercahaya untuk kedua kalinya membuat Shin kembali mengalihkan perhatiannya ke arah batu relic itu. “Apa yang sedang terjadi? Apa aku hanya berhalusinasi? Ataukah aku tertidur dan sekarang ini aku berada di alam mimpi?”, berbagai macam pertanyaan terus muncul satu persatu di dalam pikirannya, di saat itulah. . .

            “Apa kau menyukainya, Shin?”. Shin terkejut dan mengalihkan pandangannya ke arah suara itu yang ia ketahui berada tepat di belakangnya. Dan ia kembali terpana untuk kesekian kalinya, kali ini tepat di depan matanya telah berdiri seorang wanita cantik dan anggun berambut panjang berwarna putih seperti salju, wanita itu bercahaya bagaikan sosok malaikat suci. “Ternyata surga telah bocor sampai-sampai bidadari tersesat sampai ke hadapan ku”, tanpa sadar Shin malah mengeluarkan kata-kata aneh yang berasal dari lubuk hatinya. “Bidadari?”, tanya wanita itu ketika mendengar kata-kata yang keluar dari mulut Shin. “E..eehhh..ti..tidak.. lupakan lupakan, ehehehe..”, Shin tersipu malu dengan ucapannya sendiri yang tanpa sadar telah di ucapkannya. Tidak lama kemudian wanita itu memperkenalkan dirinya kepada Shin. “Aku Aurelia, roh suci pelindung dunia ini yang bernama Argerias Veratica dan orang-orang terpilih sepertimu ditakdirkan untuk menghadapi rintangan yang ada di dunia ini. Apa ada sesuatu yang ingin kau tanyakan?”. “Ah soal itu, rintangan apa yang sebenarnya akan aku hadapi?”. “Batu yang mengantarmu ke sini, kumpulkanlah ke-5 bagian dari pecahan batu relic tersebut, dan temui Sang Dewi Takdir yang nantinya akan mengabulkan satu permohonan yang kau inginkan.”, jelas Aurelia. “Sang Dewi Takdir yang akan mengabulkan satu permohonan?”, otak Shin masih terselimuti oleh kebingungan, banyak hal-hal yang belum ia mengerti tentang dunia ini. Merasa perannya sudah cukup sampai di situ, Aurelia berniat untuk melakukan ritual pemberangkatan Shin untuk menjelajahi Argerias. Tiba-tiba relic yang ia bawa tadi terbang ke arahnya dan menyatu dengan kalung yang di kenakannya. “Tenang saja, selama perjalanan, kau akan di bimbing oleh peri yang akan selalu menemanimu. Selamat jalan.”, Aurelia menciptakan portal yang membuat Shin terhisap ke dalamnya. “Tunggu dulu! Masih banyak yang ingin aku tanyakan! Bagaimana caranya untuk bisa pulang ke dunia asal ku?! Hei! Huwaaaaaaaaaaaaaaaaaaa!!!”, Shin terhisap dalam portal, perlahan pandangannya memudar hingga akhirnya ia pingsan tak sadarkan diri.

= + =

            Slurp..slurp..slurp..

“Nnngggg? Hmmm? Huwaaaaaaaaa!”, Shin tersentak kaget dan terbangun dari tidurnya, ia mengamati ke sekelilingnya. Sekali lagi hamparan padang rumput yang sangat luas kini tepat berada di hadapannnya hanya saja terdapat lebih banyak pepohonan dibandingkan dengan tempat sebelumnya dan terlebih lagi..

            Muuunnnn..muuuunnnnnn.. ksskkk..kssskkkk..

     Shin mendapati makhluk mungil aneh di hadapannya, makhluk ini lah yang telah membuatnya terbangun dari tidurnya. “Kau ini apa?”, Shin penasaran dengan makhluk mungil itu dan berniat untuk menyentuhnya. Sedetik kemudian tangannya akan menyentuh makhluk itu, makhluk mungil tersebut tiba-tiba menggeram dengan membuka mulutnya yang sangat lebar dan dipenuhi oleh puluhan taring yang tajam. “Huwaaaaaa!”, Shin sangat terkejut ketika makhluk mungil tersebut membuka mulutnya yang dipenuhi oleh serentetan gigi yang tajam dan membuat Shin secara refleks memukul makhluk tersebut hingga terpental beberapa meter di depannya. Tak lama kemudian sesuatu yang sangat tak diduga terjadi, induk beserta koloni dari makhluk itu muncul satu persatu  dari dalam tanah dan menggertakkan gigi taringnya menandakan mereka sedang marah. Di saat itu lah..

    “Shin, gunakan kekuatan batu relic itu!”. Sebuah suara misterius muncul dan mengagetkannya. “Menggunakan batu relic? Tapi bagaimana? Ahhh!!”, Shin menggerutu di dalam hati karena tidak mengerti dengan apa yang dimaksud dari kata-kata yang muncul barusan. Di saat itu pula makhluk aneh yang memiliki tubuh paling besar melompat ke arah Shin dan bersiap menerkam dirinya. “AAAAAAAAAAAAAAAAA, APA AKU AKAN MATI DI SINI?!!”, Shin berteriak di dalam hatinya dan tanpa berpikir panjang, ia mengambil batu relic yang terikat di kalungnya dan menggenggamnya dengan erat. Tiba-tiba batu relic bercahaya dan memberikan reaksi. “A..apa yang sedang terjadi?”, Shin semakin bingung dengan semua yang dialaminya. Batu relic bercahaya semakin terang dan kemudian..

            Sriiinnnggggg.. sriiinnggggg...

        Pakaian milik Shin berubah menjadi jubah hitam. “A..ap..apa ini?”, pikirannya sangat blank ketika ia harus menghadapi semua kenyataan di luar akal sehat manusia. “Shin, sekarang rasakan energi yang mengalir di dalam tubuh mu dan pikirkan sebuah serangan yang dahsyat muncul melalui ke dua telapak tanganmu dan mengarah ke makhluk-makhluk itu dan beri nama serangan itu untuk dapat mengingatnya jika di butuhkan kembali”, sebuah suara misterius muncul kembali dan memberikan petunjuk kepada Shin, tanpa pikir panjang ia langsung membayangkannya. “Sebuah serangan dahsyat, aku mengerti”, Shin mengarahkan telapak tangan kanannya ke arah makhluk-makhluk itu. “FIRE EXPLOSION!!!”, Shin mencoba mengeluarkan sebuah serangan, namun tidak ada sesuatupun yang muncul. “Kenapa tidak muncul?”, tanya Shin dalam hati. “Shin! Kau harus fokus untuk bisa melakukannya, tenanglah. Rasakan semua energi yang ada di tubuhmu, kumpulkan ke satu titik, kemudian lepaskanlah”, suara misterius itu kembali memberikan arahan kepada Shin.

Rasakan energi yang ada di dalam tubuh ku..
Kumpulkan ke satu titik..

Tiba-tiba muncul sebuah aura merah menyelimuti tubuh Shin dan angin di sekelilingnya  berubah. “Sekarang aku mengerti. FIRE EXPLOSION!!! Heaaaaaa!!!”, Shin melontarkan serangan bola-bola api besar yang muncul dari telapak tangan kanannya ke arah makhluk-makhluk itu dan bola-bola api itu meledak ketika berada di dekat makhluk-makhluk yang sedari tadi terus memburunya. BUUMMM!! BUUMMM!! Makhluk-makhluk itu berterbangan terlempar seketika ketika terkena ledakan dari bola-bola api yang muncul dari telapak tangan Shin. “Shin awas di belakangmu!”, sebuah suara misterius kembali muncul untuk mengingatkan Shin akan bahaya yang berada di belakangnya. Shin dengan sigap membalikkan badannya “FIRE SWORD!!!”, sebuah pedang api muncul di tangan kanan Shin. “Enyahlah kau dari hadapanku! HEAAAAA!!!”, Shin mengayunkan pedang apinya ke arah tubuh makhluk itu tepat ke arah dadanya dan membuat makhluk besar itu ambruk jatuh ke tanah. “Apa aku mengalahkannya?”, Shin bertanya di dalam hati sambil terus memperhatikan makhluk-makhluk yang terkapar di hadapannya.

“Ternyata kau lebih hebat dari perkiraanku yah”, sosok wanita cantik dengan sayap  muncul di hadapannya. “Heee? K..kau siapa?”, Shin sangat terkejut melihat sosok wanita cantik dengan sayap yang muncul di hadapannya. “Aku? Seharusnya kau yang memberiku nama karena aku adalah perimu yang akan terus menemanimu selama perjalanan”, jawabnya sembari memberikan senyuman manis kepada Shin. “Jadi kau adalah peri yang dimaksud roh suci, hmmm”, Shin bergumam sejenak. “Ehhh!! Nani?! Jadi aku akan terus ditemani oleh wanita cantik ini selama perjalanan ku?!!”, Shin berteriak di dalam hatinya dan tiba-tiba wajahnya memerah membayangkan hal-hal yang akan terjadi pada dirinya dan sang peri di sepanjang perjalanan nanti. “Ehehehe.. ehehehe.. hehe..”, wajah Shin menjadi semakin merah ketika membayangkannya. “Shin, wajahmu memerah, apa ada sesuatu?”, sang peri mendekatkan wajahnya ke wajah Shin dan memperhatikan wajah Shin. “Huwaaaaaaa! A..aanoooo, na..nandemonai yo. Ah soal namamu, ettoooo.. Lily? Bagaimana aku memanggilmu dengan Lily?”, Shin mengatakannya dengan gugup dan wajah yang memerah. “Hmmm, Lily ya? Sepertinya cukup bagus, mulai sekarang kau memanggilku dengan nama Lily ya”, Lily mengatakannya dengan sedikit girang yang terlukis di wajahnya. “Ettoooo, wakatta. Lily, sepertinya hari sudah mulai gelap, kita harus menemukan kota secepatnya untuk mendapatkan tempat peristirahatan”, Shin mulai khawatir dengan keadaan, karena jika sudah malam, akan lebih berbahaya jika berkeliaran di alam liar. “Kalau kau mencari kota, seharusnya kau sudah bisa menemukannya kurang dari lima belas menit”, jelas Lily. “Na..Nani?!! Di padang rumput yang luas begini?”, Shin masih tidak percaya dengan pernyataan barusan. “Aku tidak berbohong, ada sebuah kota kecil di sebelah barat dari sini”, Lily menjelaskan. “Sepertinya ada yang salah dengan mataku, sudahlah ayo kita bergegas ke kota (apa yang akan Yuuki lakukan jika mengetahui aku tidak mentraktirnya makan malam ini) haaahhhh”, Shin mengatakannya dengan sedikit khawatir tentang janjinya dengan Yuuki.

= + =

           Sebuah kota kecil yang dipenuhi oleh lampu-lampu hias di sepanjang jalan membuat suasana kota itu begitu nyaman. Tampak beberapa orang masih berada di luar rumah bercanda tawa dengan teman-temannya dan ada juga yang mempromosikan minuman anggur kepada orang-orang yang lewat di depan bar. “Waaahhhhh, kota yang ramai yah. Tidak seperti perkiraan ku”, Shin berkata dengan perasaan kagum akan suasana di kota kecil itu. “Jangan menilai buku dari sampulnya Shin”, jelas Lily yang sedang memperhatikan orang-orang di kota kecil itu. Sementara Shin sedang asik melihat-lihat keadaan kota, tampak seorang wanita sedang berjalan dari arah berlawanan dari Shin dan..

            Bruughh..

          “Ahh, gomenasai”, kata wanita itu ketika menabrak tubuh Shin. “A..aahhh tidak, daijoubu”, jawab Shin seraya mengulurkan tangan dengan maksud membantu wanita itu berdiri. “Ah, arigatou”, wanita itu mengucapkan terima kasih kepada Shin karena telah membantunya berdiri. “Yu..Yuuki chan?”, Shin terkejut ketika mendapati bahwa wanita itu adalah temannya. “Shin? Bagaimana kamu bisa berada di sini?”, tanya Yuuki dengan heran. “Ah, ini semua berawal ketika aku membersihkan batu relic yang diberikan oleh Shouta ojii-san tadi dan.. Ah ceritanya sangat panjang”, Shin sedang tidak ingin membahas hal itu untuk sekarang, karena ia harus segera menemukan tempat peristirahatan. “Shin, kita harus cepat menemukan tempat untuk menginap malam ini”, potong Lily. Untuk sesaat Yuuki terus memperhatikan Lily, seolah mengerti akan apa yang ada di pikiran Yuuki, Shin menjelaskan kepada Yuuki, “Ah, dia peri penuntun ku selama perjalanan. Namanya Lily”. “Kawaii.. Shin, kau cukup baik dalam memberikan sebuah nama. Ne Lily, aku Yuuki,  yoroshiku”, Yuuki memperkenalkan dirinya seraya mengulurkan tangan untuk bersalaman. “Senang bisa mengenalmu, yoroshiku”, balas Lily. “Ah, sepertinya kalian belum menemukan tempat untuk tidur malam ini, kebetulan aku sudah mendapatkan lokasi penginapan dan kalian boleh menumpang di tempat ku jika kalian mau”, Yuuki memberikan sebuah penawaran. “Hontou? Doumo arigatou, Yuuki-chan”, tampak sebuah senyuman lebar terlukis di wajah Shin. “Tapi sebelum itu, apa kau masih ingat dengan janji mu?”, tanya Yuuki. “Ettoooo, aku tidak membawa apapun ke sini, lain kali saja yah, gomen”, jawab Shin dengan kepala menunduk. “Hahaha, sejak kapan kau jadi seperti ini Shin? Sudahlah, kita sudah berteman cukup lama. Jangan terlalu dipikirkan”, Yuuki tertawa melihat tingkah laku Shin seraya memukul pundaknya. “Ehehehe”, Shin hanya tertawa sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Sementara Lily hanya menggeleng melihat tingkah laku mereka berdua.

= + =

“Haaaahhhhh, tsukareta”, ucap Shin sembari merebahkan dirinya ke kasur. Dilihatnya ke sekeliling ruangan kecil itu. Sebuah ruangan dengan lebar kira-kira 5x5 meter yang di sinari oleh cahaya yang berasal dari lampu teplok yang menggantung di setiap sudut ruangan. Terdapat sebuah lemari pakaian yang sudah tua, namun masih tampak kokoh. “Sepertinya cukup nyaman untuk di tempati”, Lily mengomentari. “A..anooo Shin, i..itu.. tempat tidur ku”, ucap Yuuki. “He? A..aaaa.. gomen gomen, ku kira ini kamar ku. Ehehehe”, ucap Shin seraya bangkit dari rebahannya dan sedikit tertawa. “E..ettoooo”, Yuuki tampak malu-malu untuk mengatakan sesuatu. “Doushite Yuuki chan?”, tanya Shin dengan tampang sedikit bingung. “Kita hanya memiliki satu kamar untuk tidur malam ini”, ucap Yuuki dengan wajah memerah. “He? Nani?!!!”, shin tampak terkejut dengan pernyataan Yuuki barusan. “Aku.. tidur sekamar dengan Yuuki?!!”, teriak Shin dalam hati. “A..aaaa.. aku tidur di lantai saja, sementara kau dan Lily tidur di kasur”, ucap Shin mencoba menenangkan suasana. “Tidak, sebagai peri pembimbing mu, aku tidak perlu mendapat perlakuan khusus. Sebaiknya kau saja yang tidur di kasur bersamanya”, potong Lily. Mendengar hal itu, wajah Shin dan Yuuki tampak menjadi merah. “Dame..dame.. aku tidak mungkin membiarkan seorang wanita tidur di lantai, sementara aku yang laki-laki tidur di atas kasur”, jelas Shin. “S..sou sou, dame da yo Lily chan, ehe..ehehee”, sambung Yuuki dengan gugup. “Ya sudahlah, apa boleh buat”, ucap Lily nyerah, padahal ia hanya berniat untuk menggoda mereka berdua lebih jauh lagi. “Jaa, aku tidur duluan. Oyasumi”, ucap Yuuki. “Aku juga. Oyasumi”, sambung Lily. “Hai hai, oyasumi Yuuki chan, Lily chan”, sambung Shin.

= + =

            Cahaya mentari pagi terlihat menembus melalui sela-sela tembok ruangan dan kaca jendela di ruangan kecil itu. Orang-orang di luar mulai tampak sibuk dengan kesibukannya masing-masing.

            “Shin! Bangun! Shin! Shiiinnnn!!”, tampak Yuuki sedang berusaha membangunkan Shin dari tidurnya. “Nnngghhh”, Shin hanya menggeliat di atas tikar yang terbentang di lantai. “Yuuki, biar aku saja”, Lily mencoba untuk mengambil alih. Lily mulai mendekati Shin yang sedang terlelap dalam tidurnya. “Shiiiiinnnn-kun ~”, ucap Lily dengan nakal seraya membelai tubuh Shin. Diperlakukan seperti itu, Shin menggeliat geli. “Li..Lily! A..apa yang kamu lakukan?!!”, wajah Yuuki tampak memerah melihat hal barusan, namun Lily hanya memberikan tanda untuk menunggunya sebentar dan tetap tenang. Lily berlanjut memeluk Shin dan . . .

            “Banguuunnnn!! Dasar pemalaaassssss!!”

            BRUAAKKK!! BRUGH!!

            Lily melempar Shin ke arah lemari kayu. “Itai!!”, Shin memegang kepalanya sembari menahan rasa sakit. “Itu salah mu, di saat-saat seperti ini kau masih bisa bersantai seperti itu. Menyebalkan”, keluh Yuuki kesal. “Shin, kita harus menemukan pecahan relic lainnya. Aku merasakan adanya pecahan relic di sekitar sini”, ucap Lily dengan yakin. “Begitukah? Baiklah, kita akan mencarinya bersama-sama setelah sarapan dan sekarang, ayo kita tidur”, ucap Shin sembari kembali merebahkan dirinya di atas tikar. “Kenapa malah tidur lagi, bakayarooooo!!”, Yuuki mengambil patung kecil di ruangan itu dan melemparnya ke arah Shin.

= + =

            Sebuah bangunan tua yang tampak banyak diselimuti oleh akar-akar yang berasal dari pohon besar, berdiri dengan kokoh walaupun dari jauh terlihat seakan-akan bangunan tua itu akan roboh kapan saja. Shin, Yuuki dan Lily berdiri tepat di depan pintu masuk yang berukuran cukup besar dengan ukiran-ukiran yang terlihat cukup unik. “Lily, ku tanya sekali lagi. Apa kau benar-benar merasakan pecahan relic itu berasal dari dalam bangunan ini?”, tanya Shin dengan raut wajah ragu untuk memasuki bangunan tua itu. “Aku tidak bercanda, energi pecahan batu relic itu terasa sangat jelas berasal dari dalam bangunan ini”, jawab Lily dengan yakin. “Shin, apa kau takut?”, tanya Yuuki sembari menyenggol lengan Shin. “Aaahhhh, iya iya, ayo kita masuk”, ucap Shin. Shin membuka pintu bangunan itu, dilihatnya lukisan-lukisan kuno berjejer dengan rapi di tembok ruangan. Sebuah lampu besar tampak menggantung di langit-langit ruangan. “Sugooiii”, ucap Shin yang sedikit terpana dengan bangunan tua itu. “Hmmm? Apa ini?”, tanya Yuuki ketika melihat sebuah bola hitam melayang tepat di tengah-tengah ruangan. “Yuuki! Jangan sentuh sembarangan!”, teriak Shin. Namun Shin sedikit terlambat, Yuuki terlanjur menyentuh benda itu dan tiba-tiba saja benda itu membuat dirinya terhisap ke dalamnya. “Kyaaaaaa!”, teriak Yuuki. “Shin! Tidak salah lagi, energi pecahan relic itu berasal dari bola hitam ini. Kita harus menyusulnya!”, ucap Lily dengan serius. “Tapi..”, belum sempat Shin menyelesaikan ucapannya, Lily dengan sigap mendorong tubuh Shin dan melompat ke arah bola hitam itu membuat mereka berdua terhisap ke dalamnya.

= + =

            Bruaakkkk!!

            “Aaahhhh.. aku merasa sedikit pusing”, ucap Shin sembari mengurut-urut kepalanya. “Shin, kita telah sampai”, ucap Lily. “Sampai?”, tanya Shin tidak mengerti dengan apa yang dimaksud perkataan Lily. “Saat ini, kita berada di dalam Dungeon”, jawab Lily.



To be continue . . .



Okeh..
Itu lah chapter dua dari Hoka no Sekai.. ^^
Maaf kalo ngepostnya kelamaan yah, hehehe..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar