Yo minna chwaaannnn ~ ( ^o^)/
Readers : masih alay nih anak.. =="
Akhirnya jadi juga nih FanFict pertama aku sekaligus
menjadi pembuka entri pertama di blog tercinta ini..
Hahaha.. XD *jingkrak-jingkrak*
Nah buat yang penasaran langsung ajah dibaca yah..
Readers : ya iyalah, emang diminum..? =="
Oke deh, Check it's out ~
Chapter 1 : Permulaan
Terdengar suara derikan roda raksasa
yang berputar dengan tenang seirama dengan porosnya. Kereta kuda itu berjalan
mengitari jalan kecil di keramaian kota. Suasana di pagi itu memang agak
sedikit berbeda dari biasanya, tentunya karena hari itu adalah hari minggu. Orang-orang
mulai terlihat lalu lalang menjalankan aktifitasnya, tak terkecuali bagi
keluarga Karasawa, mereka tampak sibuk dengan urusannya masing-masing. Hanya
saja . . .
KRIIIINNNNGGGG!!!!!
Seorang remaja bermata hitam pearl dan rambut hitam
acak-acakan khasnya yang sedang bermalas-malasan terjaga dari tidurnya, ia
memang sangat sulit untuk bangun pagi, terlebih di hari libur. Ia lebih
mengutamakan untuk bersantai di rumah. “mmhhhh.. nnggg? URUSAAAIIIII!!!”, Shin
bergegas mengambil jam wekernya yang masih berdering dan melemparnya keluar
melalui jendela kamarnya yang berada di lantai dua.
DUAAKKK!!!
“Ouchh!! My head!!”, teriak seorang penjual bakso
yang sedang lewat di depan rumahnya.
“Yare yare, pagi-pagi begini udah
berisik aja”, keluhnya sambil menghela nafas panjang dan sesekali meregangkan
otot-otot tubuhnya yang masih kaku. Dengan malas ia beranjak dari kasurnya
untuk mengganti pakaiannya dan melangkahkan kakinya keluar dari kamarnya.
“Shiiiinnnnn Kaaraasaawaaa!!!”,
tiba-tiba seseorang berteriak memanggil namanya dari luar jendela dengan suara
yang mungkin tidak akan pernah dapat ia lupakan.
Merasa namanya dipanggil, ia melihat
keluar melalui jendela kamarnya. Seorang gadis berambut orange panjang yang
tampak seumuran dengannya berdiri tepat di depan rumahnya.
“Yuuki chan, ada apa pagi-pagi
begini datnghaaanghhhh ke rumah ku?”, tanya Shin sambil menguap karena masih
mengantuk.
“Ya ampun, apa kau sudah lupa dengan
janji yang kau buat sendiri? Kau memintaku untuk menemanimu pergi ke toko untuk
membeli sesuatukan?”, keluh Yuuki karena ulah temannya yang satu ini.
“Aaahhhh.. aku lupa.. tunggu
sebentar ya”, Shin bergegas berganti baju dan keluar dari kamarnya.
Tap.. tap.. tap..
Terdengar suara langkah kakinya yang
sedang menuruni anak tangga. Tampak seorang wanita berambut hitam panjang
sepinggang lengkap dengan baju memasak yang dikenakannya sedang menyiapkan
sarapan di dapur. Ia adalah Minami Sashihara, ibunya Shin. “Ohayou okaa-san”,
sapa Shin seraya menuruni anak tangga. “Ohayou mo Shin”, balas ibunya dengan
senyuman manis yang selalu terlukis di wajahnya. Ia lalu berlari ke arah meja
makan dan mengambil sepotong roti yang tertera di atas meja makan.
“Itthehimashh (ittekimasu)”, ucapnya sambil berlari keluar rumah dengan mulut
penuh roti. “Hai hai Itterasshai”, jawab ibu yang hanya tersenyum melihat
tingkah laku anaknya.
“Kau payah sekali Shin, masa bisa
lupa dengan janji yang kau buat sendiri? Haahhhh...”, keluh Yuuki sambil
menghela nafas panjang.
“Ah.. hohen hohen, ahu huha, hehehe
(ah.. gomen gomen, aku lupa, hehehe)”, jawab Shin dengan sepotong roti memenuhi
mulutnya.
“Kau ngomong apa? Aku Tidak mengerti
apa yang kau katakan. Sudahlah yuk kita ke tokonya sekarang”, Yuuki berkata
sembari menarik Shin yang masih sibuk mengunyah roti yang memenuhi mulutnya.
“Heehhh, hehan hehan hong (heehhh,
pelan-pelan donk)”, ucap Shin dengan susah payah.
Di tengah perjalanan ia berpapasan
dengan seorang wanita tua yang ia kenali bernama Mariyana sedang berjalan
santai dengan suaminya, Edward. Mereka adalah tetangga yang bersebelahan dengan
rumah Shin yang merupakan keturunan dari bangsa asing. “Ohayou Gozaimasu,
Mariyana-san, Edward-san”, sapa Shin dan Yuuki. “Ohayou mo, tidak biasanya kau
terlihat bersemangat seperti ini Shin. Apa ada sesuatu yang menarik
perhatianmu?”, tanya Mariyana. “Ettooo, ada sesuatu yang ingin ku beli di toko
pagi ini, hehehe”, jawabnya sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal. “Dan
saking semangatnya, ia melupakan apa yang ingin ia lakukan hari ini, huft”,
sambung Yuuki dengan pipi yang menggembung. “Hohohoho, semangat anak muda
memang bagus, mengingatkanku ketika masih muda dulu”, sambung Edward sambil
sedikit tertawa. “Ehehe, jaa, kami pergi dulu yah. Mariyana-san, Edward-san,
mata ne”, ucap Shin seraya melambaikan tangan kepada pasangan yang sudah uzur
itu. “Seandainya aku masih muda, hohoho”, ucap Edward mengenang ketika
masa-masa mudanya dulu. Mariyana hanya tersenyum mendengar perkataan si Edward.
Di sepanjang perjalanan Shin
diam-diam terus mengingat kembali kejadian seminggu yang lalu yang terus
mengganggu pikirannya hingga saat ini. Yaitu tentang seorang kakek penjaga toko
yang menawarinya sebuah batu relic yang terlihat sangat tua seperti sudah
berumur ratusan tahun dengan harga murah, namun pada saat itu ia menolaknya dan
hari ini ia bermaksud untuk datang menemui kakek penjaga toko tersebut dan
membeli batu relic yang tiba-tiba saja terus membuatnya penasaran itu.
“Duak!!”, Yuuki memukul lengan Shin
dengan tiba-tiba. “Itai yo Yuuki chan, kenapa kau memukul ku?”, tanya Shin
heran. “Aku lihat kau diam saja dari tadi, apa ada yang kau
pikirkan?”, tanya Yuuki. “Ah, nanti akan ku beri tahu, hehehe”, jawab Shin
santai. “Haaahhhhh.. terserah kau saja deh”, Yuuki pasrah.
Sesampainya di tempat tujuan, mereka
langsung memasuki toko tersebut untuk menemui kakek penjaga toko dan menanyakan
tentang batu relic yang ingin ia beli. “Sumimasen”, ucap Shin ketika memasuki
toko. “Yooo.. Shin-kun, hisashiburi”, tampak seorang pria tua berdiri menyambut
kedatangan Shin. “Hai, hisashiburi ne, Shouta ojii-san”, balas Shin. “Nnggg?
Siapa itu? Tidak biasanya kau pergi dengan seorang gadis. Pacarmu ya?”, Shouta
bertanya kepada Shin sambil menyenggol lengan Shin. “A..aanooo.. Yuuki Haruna
desu. Aku temannya Shin, yoroshiku”, Yuuki sedikit gugup ketika mendengar
pertanyaan dari Shouta. “Hoooo.. Soudane”, Shouta hanya mengangguk. Mata Shin
memperhatikan ke sekeliling ruangan untuk mencari barang yang dimaksud. Beruntungnya
hingga saat ini batu relic tersebut belum terjual. “Nee Shouta ojii-san, batu
relic ini berapa harganya?”, tanyanya sambil menunjuk ke arah batu relic yang
berada di dalam kotak kaca. “Hmmm, sebenarnya aku hampir membuang benda itu
karena tidak ada seorangpun pelanggan yang ingin membelinya. Jika kau
menginginkannya, ambillah. Aku memberikannya padamu secara gratis jika kau
mau”, jawab Shouta. “Heee? Hontou ni? Arigatou ne Shouta ojii-san”, “Hahahaha..
Douitashimashite”. Shouta beranjak mengambil batu relic tersebut dan memberikannya
kepada Shin. “Batu apa itu?”, tanya Yuuki penasaran ketika sekilas melihat batu
yang digenggam Shin, mirip dengan batu miliknya di rumah. “Ada deehhh.. jaa,
aku permisi dulu Shouta ojii-san, ada sesuatu yang harus segera ku kerjakan.
Mata ne”, ucap Shin meninggalkan kakek penjaga toko tersebut sembari
melambaikan tangannya. Sedangkan Yuuki hanya menggembungkan pipinya sebagai
tanda tidak puas dengan rasa penasaran yang menghantuinya.
Di sepanjang perjalanan pulang, Shin
terus bercanda ria membuat Yuuki tertawa. Sesekali mereka duduk sejenak untuk
beristirahat sambil menikmati es krim yang mereka beli. Pada saat itulah dua
orang ibu-ibu lewat di depan mereka. “Ara..ara.. anak muda zaman sekarang”,
“Kawaaiiii~”. Mendengar perkataan yang muncul dari ibu-ibu itu, Shin dan Yuuki
hanya terdiam tersipu malu dengan wajah memerah. Ketika hari mulai terlihat
sudah mulai sore, akhirnya mereka berniat untuk pulang ke rumah masing-masing. “N..nee
Yuuki chan, terima kasih untuk hari ini karena mau menemani ku”, ucap Shin.
“Ha..hai, doumo. Sebagai gantinya nanti malam traktir aku makan ya, aku tunggu
di rumah ku jam 7 nanti”, jawab Yuuki dengan mata berbinar-binar. “O..oooiii..
ettooo..”, belum selesai Shin berbicara. “Mata neee...”, ucap Yuuki sambil
berlari meninggalkan Shin yang masih bengong dengan perkataannya barusan.
“Yare.. yare.. kebiasaan”, gerutu Shin dalam hati.
“Tadaima”, ucapnya ketika sampai dan akan memasuki
rumah. “Okaerinasai Shin”, jawab ibunya yang sedang menyiapkan makan malam.
Sedangkan di sudut ruangan tengah, tampak seorang wanita yang terlihat sedikit
lebih tua dari Shin dengan mata hijau emerald dan berkulit putih mulus sedang membereskan
rumah. Ia adalah Rie Miyazawa, kakak angkatnya Shin. Timbul niat jahil untuk
mengerjai kakaknya yang sedang membereskan rumah. “Onee-chan ada benda hitam yang
menggeliat-geliat tepat di bawah kakimu”, ucap Shin sambil menahan tawa.
“Kyaaaaaahhhhh!!!!!!!!”, Rie menjerit dengan histeris mendengar perkataan yang
muncul dari adiknya, Shin. Ia langsung mengamati semua yang ada di sekitar
kakinya dan tidak mendapati apa-apa selain benda-benda yang berserakan di
sekelilingnya. “SHIINNN!!! BAKAYAROOO!!!”, teriaknya dan melempar sebuah boneka
teddy bearnya ke arah Shin. “Hahaha, gomen gomen”, Shin hanya tertawa cekikikan
melihat kakaknya yang sedang marah padanya sembari berlari menuju kamarnya.
“Huh, baka..”, gumam kakaknya dengan
wajah cemberut. Melihat tingkah laku kedua anaknya, sang ibu hanya tersenyum.
Memang beginilah suasana keadaan di kediaman Karasawa, selalu ribut namun penuh
dengan keceriaan.
Ckrek . . .
Shin mengunci pintu kamarnya dan
mengeluarkan batu relic pemberian kakek penjaga toko. Ia membersihkan batu
relic tersebut dengan kuas kecil untuk menyingkirkan debu-debu yang menempel.
Untuk sesaat ia terdiam mengamati setiap lekukan kecil dari batu relic tersebut
dan ia mendapati sebuah bacaan yang bertuliskan “Regaro de Roudregias”. Ketika
ia sedang asik memperhatikan batu relic tersebut, tiba-tiba ibunya, Minami
Sashihara memanggilnya dari bawah untuk makan malam. “Shin, waktunya makan
malam”, “Hai, hai, chotto matte kudasai ne”, jawab Shin. Ia masih saja
memperhatikan batu relic tersebut. “Haaahhh, sudahlah”, ujarnya dalam hati dan
pergi meninggalkan kamarnya menuju ruang makan.
Tampak beberapa potong sasshimi
berjejer di atas piring beserta saus yang telah di siapkan di dalam mangkuk
kecil. Shin dan keluarganya duduk di kursinya masing-masing dan bersiap untuk
makan malam. “Ittadakimasu”, ucap mereka serentak sebelum memakan hidangan yang
tertera di atas meja. “Ne Shin, kau seharian kemana?”, tanya ibunya memulai
pembicaraan. “Nnnggg? Hanya pergi ke toko dan berjalan-jalan dengan teman”,
jawab Shin. “Teman? Ku kira kalian memiliki hubungan khusus karena kalian
tampak begitu akrab”, sambung kakaknya Shin, Rie Miyazawa. “A..a..anooo sore
wa...”, wajah Shin tampak mulai memerah ketika disinggung sedikit tentang
hubungannya dengan Yuuki. “Nani? Nani? Nani? Jadi kalian memang sudah memiliki
hubungan lebih dari teman. Hohhooo”, Rie mendekatkan wajahnya ke wajah Shin
sambil memperhatikannya wajahnya yang sedang memerah. “Aaahhhh, sudahlah. Ayo
cepat makan sebelum makanannya keburu dingin”, ujar shin yang tampak mulai
salah tingkah. “Haaaaaai~”, jawab mereka berdua secara bersamaan. “Mattaku”,
gerutu Shin dalam hati.
“Gochisousama deshita”, ucap Shin
ketika selesai melahap makanannya. Ia beranjak meninggalkan ruang makannya dan
berjalan menuju kamarnya.
Ckrekk . . .
Ia kembali mengunci kamarnya dan melanjutkan
kegiatannya yang tertunda sejenak. Ia
kembali memperhatikan batu relic tersebut dan matanya tertuju pada tulisan yang
tertera pada bagian tengah batu relic tersebut. “Regaro de Roudregias”, ia
melafalkan kalimat yang tertera pada batu relic tersebut, tiba-tiba saja batu
relic yang di pegangnya mengeluarkan sinar yang sangat menyilaukan membuat Shin
menutup kedua matanya. Sesaat merasa cahaya menyilaukan tersebut telah hilang,
perlahan ia membuka matanya dan sebuah pemandangan yang sangat asing tepat berada
di depan matanya. Hamparan rumput nan hijau yang sangat luas dan ditumbuhi oleh
bunga-bunga indah, beserta makhluk hidup yang belum pernah ia lihat sebelumnya
beterbangan di angkasa dan berlarian di rerumputan.
“Aku. . . Ini dimana?”, gumamnya
dalam hati.
To
Be Continue . . .
Gimana-gimana..? XD
Bagus ga.. ? Kalo masih banyak kekurangan mohon dimaklumi saja yah, masih baru belajar, hehehe..
Jangan lupa kripik dan saran yah.. ^^
Readers : Kritik woi, kritik.. =="
Bagus ga.. ? Kalo masih banyak kekurangan mohon dimaklumi saja yah, masih baru belajar, hehehe..
Jangan lupa kripik dan saran yah.. ^^
Readers : Kritik woi, kritik.. =="
Oke deh..
Sampai jumpa lagi dengan saya.. XD
Sampai jumpa lagi dengan saya.. XD
Jaa Mata neee ~ ( ^o^)/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar