Hisashiburi ne ~ nee ~ neee ? *ditabok*
#plaakkk..
Akhirnya setelah sekiaaaannnn lamaaaaaanya ga update dikarenakan hari-hari yang sangat sangat sanguuuaaaaattttt sibuk.. (bohong nih)
Hehehe..
Okeh kita lanjut aja ama OriFict by "saya sendiri" hehehe.. XDa
Readers : makin alay aja lu.. =="
Cekidot . . . ! ! !
Chapter 2 : Argerias Veratica
Untuk sesaat Shin terpana dengan
pemandangan asing yang saat ini tepat berada di depan matanya. Berbagai makhluk
hidup yang belum pernah di lihatnya beterbangan bebas di langit biru nan luas
dan berlarian di rerumputan hijau yang banyak ditumbuhi oleh bunga-bunga. “Aku.
. . ini dimana?”, gumam Shin di dalam hati dan masih terpana dengan apa yang
dilihatnya saat ini. Tiba-tiba saja batu relic kembali bercahaya untuk kedua
kalinya membuat Shin kembali mengalihkan perhatiannya ke arah batu relic itu. “Apa
yang sedang terjadi? Apa aku hanya berhalusinasi? Ataukah aku tertidur dan
sekarang ini aku berada di alam mimpi?”, berbagai macam pertanyaan terus muncul
satu persatu di dalam pikirannya, di saat itulah. . .
“Apa kau menyukainya, Shin?”. Shin
terkejut dan mengalihkan pandangannya ke arah suara itu yang ia ketahui berada
tepat di belakangnya. Dan ia kembali terpana untuk kesekian kalinya, kali ini
tepat di depan matanya telah berdiri seorang wanita cantik dan anggun berambut panjang
berwarna putih seperti salju, wanita itu bercahaya bagaikan sosok malaikat
suci. “Ternyata surga telah bocor sampai-sampai bidadari tersesat sampai ke
hadapan ku”, tanpa sadar Shin malah mengeluarkan kata-kata aneh yang berasal
dari lubuk hatinya. “Bidadari?”, tanya wanita itu ketika mendengar kata-kata
yang keluar dari mulut Shin. “E..eehhh..ti..tidak.. lupakan lupakan,
ehehehe..”, Shin tersipu malu dengan ucapannya sendiri yang tanpa sadar telah
di ucapkannya. Tidak lama kemudian wanita itu memperkenalkan dirinya kepada
Shin. “Aku Aurelia, roh suci pelindung dunia ini yang bernama Argerias Veratica
dan orang-orang terpilih sepertimu ditakdirkan untuk menghadapi rintangan yang
ada di dunia ini. Apa ada sesuatu yang ingin kau tanyakan?”. “Ah soal itu,
rintangan apa yang sebenarnya akan aku hadapi?”. “Batu yang mengantarmu ke
sini, kumpulkanlah ke-5 bagian dari pecahan batu relic tersebut, dan temui Sang
Dewi Takdir yang nantinya akan mengabulkan satu permohonan yang kau inginkan.”,
jelas Aurelia. “Sang Dewi Takdir yang akan mengabulkan satu permohonan?”, otak
Shin masih terselimuti oleh kebingungan, banyak hal-hal yang belum ia mengerti
tentang dunia ini. Merasa perannya sudah cukup sampai di situ, Aurelia berniat
untuk melakukan ritual pemberangkatan Shin untuk menjelajahi Argerias.
Tiba-tiba relic yang ia bawa tadi terbang ke arahnya dan menyatu dengan kalung
yang di kenakannya. “Tenang saja, selama perjalanan, kau akan di bimbing oleh
peri yang akan selalu menemanimu. Selamat jalan.”, Aurelia menciptakan portal
yang membuat Shin terhisap ke dalamnya. “Tunggu dulu! Masih banyak yang ingin
aku tanyakan! Bagaimana caranya untuk bisa pulang ke dunia asal ku?! Hei! Huwaaaaaaaaaaaaaaaaaaa!!!”,
Shin terhisap dalam portal, perlahan pandangannya memudar hingga akhirnya ia
pingsan tak sadarkan diri.
= + =
Slurp..slurp..slurp..
“Nnngggg? Hmmm? Huwaaaaaaaaa!”, Shin tersentak kaget
dan terbangun dari tidurnya, ia mengamati ke sekelilingnya. Sekali lagi hamparan
padang rumput yang sangat luas kini tepat berada di hadapannnya hanya saja
terdapat lebih banyak pepohonan dibandingkan dengan tempat sebelumnya dan
terlebih lagi..
Muuunnnn..muuuunnnnnn..
ksskkk..kssskkkk..
Shin mendapati makhluk mungil aneh
di hadapannya, makhluk ini lah yang telah membuatnya terbangun dari tidurnya.
“Kau ini apa?”, Shin penasaran dengan makhluk mungil itu dan berniat untuk
menyentuhnya. Sedetik kemudian tangannya akan menyentuh makhluk itu, makhluk
mungil tersebut tiba-tiba menggeram dengan membuka mulutnya yang sangat lebar
dan dipenuhi oleh puluhan taring yang tajam. “Huwaaaaaa!”, Shin sangat terkejut
ketika makhluk mungil tersebut membuka mulutnya yang dipenuhi oleh serentetan
gigi yang tajam dan membuat Shin secara refleks memukul makhluk tersebut hingga
terpental beberapa meter di depannya. Tak lama kemudian sesuatu yang sangat tak
diduga terjadi, induk beserta koloni dari makhluk itu muncul satu persatu dari dalam tanah dan menggertakkan gigi taringnya
menandakan mereka sedang marah. Di saat itu lah..
“Shin, gunakan kekuatan batu relic
itu!”. Sebuah suara misterius muncul dan mengagetkannya. “Menggunakan batu
relic? Tapi bagaimana? Ahhh!!”, Shin menggerutu di dalam hati karena tidak
mengerti dengan apa yang dimaksud dari kata-kata yang muncul barusan. Di saat
itu pula makhluk aneh yang memiliki tubuh paling besar melompat ke arah Shin
dan bersiap menerkam dirinya. “AAAAAAAAAAAAAAAAA, APA AKU AKAN MATI DI
SINI?!!”, Shin berteriak di dalam hatinya dan tanpa berpikir panjang, ia
mengambil batu relic yang terikat di kalungnya dan menggenggamnya dengan erat.
Tiba-tiba batu relic bercahaya dan memberikan reaksi. “A..apa yang sedang
terjadi?”, Shin semakin bingung dengan semua yang dialaminya. Batu relic
bercahaya semakin terang dan kemudian..
Sriiinnnggggg.. sriiinnggggg...
Pakaian milik Shin berubah menjadi
jubah hitam. “A..ap..apa ini?”, pikirannya sangat blank ketika ia harus
menghadapi semua kenyataan di luar akal sehat manusia. “Shin, sekarang rasakan
energi yang mengalir di dalam tubuh mu dan pikirkan sebuah serangan yang
dahsyat muncul melalui ke dua telapak tanganmu dan mengarah ke makhluk-makhluk
itu dan beri nama serangan itu untuk dapat mengingatnya jika di butuhkan
kembali”, sebuah suara misterius muncul kembali dan memberikan petunjuk kepada
Shin, tanpa pikir panjang ia langsung membayangkannya. “Sebuah serangan
dahsyat, aku mengerti”, Shin mengarahkan telapak tangan kanannya ke arah
makhluk-makhluk itu. “FIRE EXPLOSION!!!”, Shin mencoba mengeluarkan sebuah
serangan, namun tidak ada sesuatupun yang muncul. “Kenapa tidak muncul?”, tanya
Shin dalam hati. “Shin! Kau harus fokus untuk bisa melakukannya, tenanglah.
Rasakan semua energi yang ada di tubuhmu, kumpulkan ke satu titik, kemudian lepaskanlah”,
suara misterius itu kembali memberikan arahan kepada Shin.
Rasakan energi yang ada di dalam tubuh ku..
Kumpulkan ke satu titik..
Tiba-tiba muncul sebuah aura merah menyelimuti tubuh
Shin dan angin di sekelilingnya berubah.
“Sekarang aku mengerti. FIRE EXPLOSION!!! Heaaaaaa!!!”, Shin melontarkan
serangan bola-bola api besar yang muncul dari telapak tangan kanannya ke arah
makhluk-makhluk itu dan bola-bola api itu meledak ketika berada di dekat
makhluk-makhluk yang sedari tadi terus memburunya. BUUMMM!! BUUMMM!!
Makhluk-makhluk itu berterbangan terlempar seketika ketika terkena ledakan dari
bola-bola api yang muncul dari telapak tangan Shin. “Shin awas di belakangmu!”,
sebuah suara misterius kembali muncul untuk mengingatkan Shin akan bahaya yang
berada di belakangnya. Shin dengan sigap membalikkan badannya “FIRE SWORD!!!”,
sebuah pedang api muncul di tangan kanan Shin. “Enyahlah kau dari hadapanku!
HEAAAAA!!!”, Shin mengayunkan pedang apinya ke arah tubuh makhluk itu tepat ke
arah dadanya dan membuat makhluk besar itu ambruk jatuh ke tanah. “Apa aku
mengalahkannya?”, Shin bertanya di dalam hati sambil terus memperhatikan
makhluk-makhluk yang terkapar di hadapannya.
“Ternyata kau lebih hebat dari perkiraanku yah”,
sosok wanita cantik dengan sayap muncul
di hadapannya. “Heee? K..kau siapa?”, Shin sangat terkejut melihat sosok wanita
cantik dengan sayap yang muncul di hadapannya. “Aku? Seharusnya kau yang
memberiku nama karena aku adalah perimu yang akan terus menemanimu selama
perjalanan”, jawabnya sembari memberikan senyuman manis kepada Shin. “Jadi kau
adalah peri yang dimaksud roh suci, hmmm”, Shin bergumam sejenak. “Ehhh!!
Nani?! Jadi aku akan terus ditemani oleh wanita cantik ini selama perjalanan
ku?!!”, Shin berteriak di dalam hatinya dan tiba-tiba wajahnya memerah
membayangkan hal-hal yang akan terjadi pada dirinya dan sang peri di sepanjang
perjalanan nanti. “Ehehehe.. ehehehe.. hehe..”, wajah Shin menjadi semakin
merah ketika membayangkannya. “Shin, wajahmu memerah, apa ada sesuatu?”, sang
peri mendekatkan wajahnya ke wajah Shin dan memperhatikan wajah Shin.
“Huwaaaaaaa! A..aanoooo, na..nandemonai yo. Ah soal namamu, ettoooo.. Lily?
Bagaimana aku memanggilmu dengan Lily?”, Shin mengatakannya dengan gugup dan
wajah yang memerah. “Hmmm, Lily ya? Sepertinya cukup bagus, mulai sekarang kau
memanggilku dengan nama Lily ya”, Lily mengatakannya dengan sedikit girang yang
terlukis di wajahnya. “Ettoooo, wakatta. Lily, sepertinya hari sudah mulai
gelap, kita harus menemukan kota secepatnya untuk mendapatkan tempat
peristirahatan”, Shin mulai khawatir dengan keadaan, karena jika sudah malam,
akan lebih berbahaya jika berkeliaran di alam liar. “Kalau kau mencari kota,
seharusnya kau sudah bisa menemukannya kurang dari lima belas menit”, jelas
Lily. “Na..Nani?!! Di padang rumput yang luas begini?”, Shin masih tidak
percaya dengan pernyataan barusan. “Aku tidak berbohong, ada sebuah kota kecil
di sebelah barat dari sini”, Lily menjelaskan. “Sepertinya ada yang salah
dengan mataku, sudahlah ayo kita bergegas ke kota (apa yang akan Yuuki lakukan
jika mengetahui aku tidak mentraktirnya makan malam ini) haaahhhh”, Shin
mengatakannya dengan sedikit khawatir tentang janjinya dengan Yuuki.
= + =
Sebuah kota kecil yang dipenuhi oleh
lampu-lampu hias di sepanjang jalan membuat suasana kota itu begitu nyaman.
Tampak beberapa orang masih berada di luar rumah bercanda tawa dengan
teman-temannya dan ada juga yang mempromosikan minuman anggur kepada
orang-orang yang lewat di depan bar. “Waaahhhhh, kota yang ramai yah. Tidak seperti
perkiraan ku”, Shin berkata dengan perasaan kagum akan suasana di kota kecil
itu. “Jangan menilai buku dari sampulnya Shin”, jelas Lily yang sedang
memperhatikan orang-orang di kota kecil itu. Sementara Shin sedang asik
melihat-lihat keadaan kota, tampak seorang wanita sedang berjalan dari arah
berlawanan dari Shin dan..
Bruughh..
“Ahh, gomenasai”, kata wanita itu
ketika menabrak tubuh Shin. “A..aahhh tidak, daijoubu”, jawab Shin seraya
mengulurkan tangan dengan maksud membantu wanita itu berdiri. “Ah, arigatou”,
wanita itu mengucapkan terima kasih kepada Shin karena telah membantunya
berdiri. “Yu..Yuuki chan?”, Shin terkejut ketika mendapati bahwa wanita itu
adalah temannya. “Shin? Bagaimana kamu bisa berada di sini?”, tanya Yuuki
dengan heran. “Ah, ini semua berawal ketika aku membersihkan batu relic yang
diberikan oleh Shouta ojii-san tadi dan.. Ah ceritanya sangat panjang”, Shin
sedang tidak ingin membahas hal itu untuk sekarang, karena ia harus segera
menemukan tempat peristirahatan. “Shin, kita harus cepat menemukan tempat untuk
menginap malam ini”, potong Lily. Untuk sesaat Yuuki terus memperhatikan Lily,
seolah mengerti akan apa yang ada di pikiran Yuuki, Shin menjelaskan kepada
Yuuki, “Ah, dia peri penuntun ku selama perjalanan. Namanya Lily”. “Kawaii..
Shin, kau cukup baik dalam memberikan sebuah nama. Ne Lily, aku Yuuki, yoroshiku”, Yuuki memperkenalkan dirinya
seraya mengulurkan tangan untuk bersalaman. “Senang bisa mengenalmu,
yoroshiku”, balas Lily. “Ah, sepertinya kalian belum menemukan tempat untuk
tidur malam ini, kebetulan aku sudah mendapatkan lokasi penginapan dan kalian
boleh menumpang di tempat ku jika kalian mau”, Yuuki memberikan sebuah
penawaran. “Hontou? Doumo arigatou, Yuuki-chan”, tampak sebuah senyuman lebar
terlukis di wajah Shin. “Tapi sebelum itu, apa kau masih ingat dengan janji
mu?”, tanya Yuuki. “Ettoooo, aku tidak membawa apapun ke sini, lain kali saja
yah, gomen”, jawab Shin dengan kepala menunduk. “Hahaha, sejak kapan kau jadi
seperti ini Shin? Sudahlah, kita sudah berteman cukup lama. Jangan terlalu
dipikirkan”, Yuuki tertawa melihat tingkah laku Shin seraya memukul pundaknya.
“Ehehehe”, Shin hanya tertawa sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
Sementara Lily hanya menggeleng melihat tingkah laku mereka berdua.
= + =
“Haaaahhhhh, tsukareta”, ucap Shin sembari
merebahkan dirinya ke kasur. Dilihatnya ke sekeliling ruangan kecil itu. Sebuah
ruangan dengan lebar kira-kira 5x5 meter yang di sinari oleh cahaya yang
berasal dari lampu teplok yang menggantung di setiap sudut ruangan. Terdapat
sebuah lemari pakaian yang sudah tua, namun masih tampak kokoh. “Sepertinya
cukup nyaman untuk di tempati”, Lily mengomentari. “A..anooo Shin, i..itu..
tempat tidur ku”, ucap Yuuki. “He? A..aaaa.. gomen gomen, ku kira ini kamar ku.
Ehehehe”, ucap Shin seraya bangkit dari rebahannya dan sedikit tertawa.
“E..ettoooo”, Yuuki tampak malu-malu untuk mengatakan sesuatu. “Doushite Yuuki
chan?”, tanya Shin dengan tampang sedikit bingung. “Kita hanya memiliki satu
kamar untuk tidur malam ini”, ucap Yuuki dengan wajah memerah. “He? Nani?!!!”,
shin tampak terkejut dengan pernyataan Yuuki barusan. “Aku.. tidur sekamar
dengan Yuuki?!!”, teriak Shin dalam hati. “A..aaaa.. aku tidur di lantai saja,
sementara kau dan Lily tidur di kasur”, ucap Shin mencoba menenangkan suasana.
“Tidak, sebagai peri pembimbing mu, aku tidak perlu mendapat perlakuan khusus.
Sebaiknya kau saja yang tidur di kasur bersamanya”, potong Lily. Mendengar hal
itu, wajah Shin dan Yuuki tampak menjadi merah. “Dame..dame.. aku tidak mungkin
membiarkan seorang wanita tidur di lantai, sementara aku yang laki-laki tidur
di atas kasur”, jelas Shin. “S..sou sou, dame da yo Lily chan, ehe..ehehee”,
sambung Yuuki dengan gugup. “Ya sudahlah, apa boleh buat”, ucap Lily nyerah,
padahal ia hanya berniat untuk menggoda mereka berdua lebih jauh lagi. “Jaa,
aku tidur duluan. Oyasumi”, ucap Yuuki. “Aku juga. Oyasumi”, sambung Lily. “Hai
hai, oyasumi Yuuki chan, Lily chan”, sambung Shin.
=
+ =
Cahaya mentari pagi terlihat
menembus melalui sela-sela tembok ruangan dan kaca jendela di ruangan kecil
itu. Orang-orang di luar mulai tampak sibuk dengan kesibukannya masing-masing.
“Shin! Bangun! Shin! Shiiinnnn!!”,
tampak Yuuki sedang berusaha membangunkan Shin dari tidurnya. “Nnngghhh”, Shin
hanya menggeliat di atas tikar yang terbentang di lantai. “Yuuki, biar aku
saja”, Lily mencoba untuk mengambil alih. Lily mulai mendekati Shin yang sedang
terlelap dalam tidurnya. “Shiiiiinnnn-kun ~”, ucap Lily dengan nakal seraya
membelai tubuh Shin. Diperlakukan seperti itu, Shin menggeliat geli. “Li..Lily!
A..apa yang kamu lakukan?!!”, wajah Yuuki tampak memerah melihat hal barusan,
namun Lily hanya memberikan tanda untuk menunggunya sebentar dan tetap tenang.
Lily berlanjut memeluk Shin dan . . .
“Banguuunnnn!! Dasar
pemalaaassssss!!”
BRUAAKKK!! BRUGH!!
Lily melempar Shin ke arah lemari
kayu. “Itai!!”, Shin memegang kepalanya sembari menahan rasa sakit. “Itu salah
mu, di saat-saat seperti ini kau masih bisa bersantai seperti itu.
Menyebalkan”, keluh Yuuki kesal. “Shin, kita harus menemukan pecahan relic
lainnya. Aku merasakan adanya pecahan relic di sekitar sini”, ucap Lily dengan
yakin. “Begitukah? Baiklah, kita akan mencarinya bersama-sama setelah sarapan
dan sekarang, ayo kita tidur”, ucap Shin sembari kembali merebahkan dirinya di
atas tikar. “Kenapa malah tidur lagi, bakayarooooo!!”, Yuuki mengambil patung
kecil di ruangan itu dan melemparnya ke arah Shin.
=
+ =
Sebuah bangunan tua yang tampak
banyak diselimuti oleh akar-akar yang berasal dari pohon besar, berdiri dengan
kokoh walaupun dari jauh terlihat seakan-akan bangunan tua itu akan roboh kapan
saja. Shin, Yuuki dan Lily berdiri tepat di depan pintu masuk yang berukuran
cukup besar dengan ukiran-ukiran yang terlihat cukup unik. “Lily, ku tanya
sekali lagi. Apa kau benar-benar merasakan pecahan relic itu berasal dari dalam
bangunan ini?”, tanya Shin dengan raut wajah ragu untuk memasuki bangunan tua
itu. “Aku tidak bercanda, energi pecahan batu relic itu terasa sangat jelas
berasal dari dalam bangunan ini”, jawab Lily dengan yakin. “Shin, apa kau
takut?”, tanya Yuuki sembari menyenggol lengan Shin. “Aaahhhh, iya iya, ayo
kita masuk”, ucap Shin. Shin membuka pintu bangunan itu, dilihatnya
lukisan-lukisan kuno berjejer dengan rapi di tembok ruangan. Sebuah lampu besar
tampak menggantung di langit-langit ruangan. “Sugooiii”, ucap Shin yang sedikit
terpana dengan bangunan tua itu. “Hmmm? Apa ini?”, tanya Yuuki ketika melihat
sebuah bola hitam melayang tepat di tengah-tengah ruangan. “Yuuki! Jangan
sentuh sembarangan!”, teriak Shin. Namun Shin sedikit terlambat, Yuuki
terlanjur menyentuh benda itu dan tiba-tiba saja benda itu membuat dirinya
terhisap ke dalamnya. “Kyaaaaaa!”, teriak Yuuki. “Shin! Tidak salah lagi,
energi pecahan relic itu berasal dari bola hitam ini. Kita harus menyusulnya!”,
ucap Lily dengan serius. “Tapi..”, belum sempat Shin menyelesaikan ucapannya,
Lily dengan sigap mendorong tubuh Shin dan melompat ke arah bola hitam itu
membuat mereka berdua terhisap ke dalamnya.
= + =
Bruaakkkk!!
“Aaahhhh.. aku merasa sedikit pusing”, ucap Shin sembari
mengurut-urut kepalanya. “Shin, kita telah sampai”, ucap Lily. “Sampai?”, tanya
Shin tidak mengerti dengan apa yang dimaksud perkataan Lily. “Saat ini, kita
berada di dalam Dungeon”, jawab Lily.
To
be continue . . .
Okeh..
Itu lah chapter dua dari Hoka no Sekai.. ^^
Maaf kalo ngepostnya kelamaan yah, hehehe..